Oleh Andini
Mahasiswa Pascasarjana
Sekolah Tinggi Teologi Yestoya Malang
Belum waktunya, ungkapan itulah yang sering disebutkan dara kelahiran Sidoarjo ini. Hal ini mengacu pada keinginan terbesarnya selepas dari bangku kuliah 3 tahun lalu, anak ke-3 dari 4 bersaudara ini sangat ingin melanjutkan jenjang kuliahnya di luar negeri. Setiap kesempatan luang yang ia miliki disela-sela aktivitasnya sebagai staf pengajar di Akademi Anais Farmasi dan Makanan pertama di Jawa Timur ini digunakannya untuk menggali informasi studi di luar negeri.
Mahasiswa Pascasarjana
Sekolah Tinggi Teologi Yestoya Malang
Belum waktunya, ungkapan itulah yang sering disebutkan dara kelahiran Sidoarjo ini. Hal ini mengacu pada keinginan terbesarnya selepas dari bangku kuliah 3 tahun lalu, anak ke-3 dari 4 bersaudara ini sangat ingin melanjutkan jenjang kuliahnya di luar negeri. Setiap kesempatan luang yang ia miliki disela-sela aktivitasnya sebagai staf pengajar di Akademi Anais Farmasi dan Makanan pertama di Jawa Timur ini digunakannya untuk menggali informasi studi di luar negeri.
Melanjutkan
pendidikan s1-nya setelah 3 bulan lulus dari jenjang pendidikan D3 yang
ditempuhnya sejak tahun 2007 membuatnya sangat semangat mencari informasi studi
berikutnya, meskipun pada tahun yang sama dengan kelulusan jenjang pendidikan
D3-nya yaitu 2010 ia sudah bekerja sebagai salah satu staf pengajar di akademi
dimana ia pun telah menyelesaikan pendidikan D3-nya.
Pengalamannya
kuliah dan bekerja pada bidang pendidikan membuatnya paham betul mengenai
kalender akademik yang digunakannya untuk menari informasi mengenai studi
lanjut di luar negeri. “Ya kan , kita
jadi tau ya kapan mahasiswa itu libur kapan perkuliahan itu dimulai, meskipun
tidak sama bisalah jadi auan mita untuk ari informasi kapan pendaftaran kuliah
di luar negri itu dibuka”, jelasnya.
Dua
hingga tiga bulan menjelang pergantian semester, gadis yang genap berusia 26
tahun pada bulan Agustus lali ini bertah berlama-lama duduk di depan laptopnya
untuk mencari informasi mengenai studi di luar negri, “Bahkan setelah
perkuliahan dimulaipun saya juga genar caari info, lebih-lebih kalau beasiswa, ya.” Tuturnya.
Ditanya
mengenai alasannya mengapa harus luar negri, dengan cepat ia menjawab bahwa ia
ingin mewujudkan salah satu cita-cita masa SMA-nya yang tidak lain adalah ingin
merasakan mencari ilmu di negri asing, karena menurutnya dengan menimba ilmu di
“negri orang” taste-nya akan berbeda.
Lebih jelas ia mengatakan bahwa belajar di luar negri akan membuat-nya semakin
berpikiran dengan lebih luas dibandingkan dengan belajar di dalam negri.
Meskipun dengan bertambahnya usia pandangannya akan hal itu berubah, ia
menyadari bahwa dimanapun itu adalah tempat kita untuk dapat belajar berbagai
hal terlepas itu di luar negri ataupun didalam negri.
3
tahun selapas masa kuliah s1 nya hingga sekarang, keinginannya untuk
melanjutkannya studi di luar negri tidak juga surut, meskipun untuk saat ini
hipotesa yang ia pandang dulu tidaklah berlaku. Menjadi pengajar yang
berkualitas adalah salah satu alasan yang ia ingin capai saat ini yang juga
menjadi acuannya untuk tetap semangat mencari informasi studi lanjut di luar
negri.
Ironisnya
disaat-saat ia sangat gencar mencari informasi studi lanjut di luar negri
selama hampir 3 tahun ini, adik perempuannya yang baru saja lulus S1 justru
langsung mendapatkan beasiswa di luar negri tanpa harus mencari atau menunggu
untuk waktu yang lama.
Disinggung
lebih lanjut mengenai hal ini, tertawa renyah keluar dari mulutnya serambi
berkata “Belum waktu saya berarti saat ini, ha ha ha.” Merasa kecewa awalnya,
tidak lantas membuat nya terpuruk dalam kesedihan tapi justru menjadi sebuah
semangat baginya untuk melanjutkan studi di luar negri.
Fokus
pada tugas mengajarnya saat inipun menjadi pemicu semangatnya untuk terus
mencari informasi studi lanjut di luar negri tidak terlepas dari berserahnya ia
pada Tuhan, entah dimanapun ia ditempatkan untuk melanjtkan studi lanjutnya
nanti tapi ia tetap berusaha untuk mewujudkan cita-citanya. “Masih tetap ingin
mencapai tujuan itu (studi di luar negri-red) meskipun mungkin bukan ini
saatnya atau justru mungkin bukan kehendak Tuhan yang jelas saya tetap berdoa
dan berusaha dan tidak putus-putusnya berserah pada apa yang menjadi kehendak
Tuhan dalam hidup saya.”
No comments:
Post a Comment