Tuesday, September 15, 2015

#153 Belum WaktuNya


Oleh Andini 
Mahasiswa Pascasarjana 
Sekolah Tinggi Teologi Yestoya Malang 

Belum waktunya, ungkapan itulah yang sering disebutkan dara kelahiran Sidoarjo ini. Hal ini mengacu pada keinginan terbesarnya selepas dari bangku kuliah 3 tahun lalu, anak ke-3 dari 4 bersaudara ini sangat ingin melanjutkan jenjang kuliahnya di luar negeri. Setiap kesempatan luang yang ia miliki disela-sela aktivitasnya sebagai staf pengajar di Akademi Anais Farmasi dan Makanan pertama di Jawa Timur ini digunakannya untuk menggali informasi studi di luar negeri.
Melanjutkan pendidikan s1-nya setelah 3 bulan lulus dari jenjang pendidikan D3 yang ditempuhnya sejak tahun 2007 membuatnya sangat semangat mencari informasi studi berikutnya, meskipun pada tahun yang sama dengan kelulusan jenjang pendidikan D3-nya yaitu 2010 ia sudah bekerja sebagai salah satu staf pengajar di akademi dimana ia pun telah menyelesaikan pendidikan D3-nya.
Pengalamannya kuliah dan bekerja pada bidang pendidikan membuatnya paham betul mengenai kalender akademik yang digunakannya untuk menari informasi mengenai studi lanjut di luar negeri. “Ya kan , kita jadi tau ya kapan mahasiswa itu libur kapan perkuliahan itu dimulai, meskipun tidak sama bisalah jadi auan mita untuk ari informasi kapan pendaftaran kuliah di luar negri itu dibuka”, jelasnya.
Dua hingga tiga bulan menjelang pergantian semester, gadis yang genap berusia 26 tahun pada bulan Agustus lali ini bertah berlama-lama duduk di depan laptopnya untuk mencari informasi mengenai studi di luar negri, “Bahkan setelah perkuliahan dimulaipun saya juga genar caari info, lebih-lebih kalau beasiswa, ya.” Tuturnya.
Ditanya mengenai alasannya mengapa harus luar negri, dengan cepat ia menjawab bahwa ia ingin mewujudkan salah satu cita-cita masa SMA-nya yang tidak lain adalah ingin merasakan mencari ilmu di negri asing, karena menurutnya dengan menimba ilmu di “negri orang” taste-nya akan berbeda. Lebih jelas ia mengatakan bahwa belajar di luar negri akan membuat-nya semakin berpikiran dengan lebih luas dibandingkan dengan belajar di dalam negri. Meskipun dengan bertambahnya usia pandangannya akan hal itu berubah, ia menyadari bahwa dimanapun itu adalah tempat kita untuk dapat belajar berbagai hal terlepas itu di luar negri ataupun didalam negri.
3 tahun selapas masa kuliah s1 nya hingga sekarang, keinginannya untuk melanjutkannya studi di luar negri tidak juga surut, meskipun untuk saat ini hipotesa yang ia pandang dulu tidaklah berlaku. Menjadi pengajar yang berkualitas adalah salah satu alasan yang ia ingin capai saat ini yang juga menjadi acuannya untuk tetap semangat mencari informasi studi lanjut di luar negri.
Ironisnya disaat-saat ia sangat gencar mencari informasi studi lanjut di luar negri selama hampir 3 tahun ini, adik perempuannya yang baru saja lulus S1 justru langsung mendapatkan beasiswa di luar negri tanpa harus mencari atau menunggu untuk waktu yang lama.
Disinggung lebih lanjut mengenai hal ini, tertawa renyah keluar dari mulutnya serambi berkata “Belum waktu saya berarti saat ini, ha ha ha.” Merasa kecewa awalnya, tidak lantas membuat nya terpuruk dalam kesedihan tapi justru menjadi sebuah semangat baginya untuk melanjutkan studi di luar negri.
Fokus pada tugas mengajarnya saat inipun menjadi pemicu semangatnya untuk terus mencari informasi studi lanjut di luar negri tidak terlepas dari berserahnya ia pada Tuhan, entah dimanapun ia ditempatkan untuk melanjtkan studi lanjutnya nanti tapi ia tetap berusaha untuk mewujudkan cita-citanya. “Masih tetap ingin mencapai tujuan itu (studi di luar negri-red) meskipun mungkin bukan ini saatnya atau justru mungkin bukan kehendak Tuhan yang jelas saya tetap berdoa dan berusaha dan tidak putus-putusnya berserah pada apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup saya.”

No comments:

Post a Comment