Wednesday, September 10, 2014

#26 Merawat Bahasa di Era Digital


Sumber : Intisari, Desember 2010

            Modernisasi dalam berbagai bidang memasuki puncaknya pada abad ke-21 dewasa ini. Terlebih perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang amat pesat telah melahirkan inovasi gadget-gadget baru dengan fitur canggih. Handphone yang dulunya hanya bisa digunakan untuk mengirim pesan singkat dan telepon, kini sudah dapat diisi dengan berbagai aplikasi yang memanfaatkan jaringan internet untuk mempermudah manusia melakukan aktivitasnya. Misalnya untuk bermain game, sebagai GPS, atau yang sedang populer sebagai sarana interaksi dengan chatting. Chatting secara sederhana berarti percakapan tertulis dalam media sosial, telah membius khalayak terutama kaum muda. Kebiasaan baru dalam berbahasa muncul seiring maraknya pengiriman pesan singkat dan chatting. Bukan lagi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, melainkan bahasanya seringkali berupa singkatan, simbol pengganti huruf, bahkan penggabungan beberapa bahasa sekaligus.

            Kalangan muda dalam usia yang secara psikologis mudah terpengaruh dan sedang mencari jati diri adalah pelaku utama penyebab merebaknya bahasa tidak sesuai kaidah tersebut. Dalam pergaulan merekan dengan teman sebaya yang sama-sama berada di bawah pengaruh modernisasai membuat mereka penasaran hingga mencoba hal-hal baru. Salah satunya adalah dengan menggunakan ‘bahasa gaul’ dalam memanfaatkan gadget. Bukan tanpa alasan mereka menikmati era bahasa baru tersebut. Bahasa yang lebih praktis dan tidak terkesan formal membuat kalangan muda merasa berada di zano nyamannya dalam berinteraksi. Interaksi dengan ‘bahasa gaul’ yang bukan hanya terjadi di dunia maya, tetapi juga seringkali terbawa saat mereka berinteraksi di dunia nyata.

            Abad ke-21 telah melahirkan banyak ahli dalam teknologi. Sumber daya manusia yang terlahir di jaman ini pun semakin berkualitas karena didukung era modernisasi. Waktu dimana teknologi berpengaruh besar terhadap peradaban manusia. Saat manusia suadah bergantung pada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, di situlah kemunculan kebiasaan berbahasa yang baru dan akan terus berkembang. Perkembangan bahasa tersebut akan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern.

            Penggunaan ‘bahasa gadget’ berkembang dimana ada gadget beserta penggunanya yang terlena dalam memnfaatkan teknologi. Mereka yang berada di zona nyamannya dalam memaksimalkan aplikasi chatting. Dimana saja ada pelaku dan objeknya di sanalah bahasa gadget semakin bervariasi dan menambah jumlah pelakunya. Apalagi dengan diperolehnya banyak dampak positif bagi pengguna, mereka akan merasa ketagihan dan berusaha untuk terus mendapatkan keuntungan yang lebih. Keuntungan yang membuat mereka terlihat sebagai seseorang yang tidak ketinggalan jaman atau “gaptek”.

            Bahasa yang terkesan berlebihan tersebut memang menjadi kesenangan tersendiri bagi para penggunanya. Oleh karena itu bahasa ini dapat cepat menyebar dan dipahami oleh banyak orang. Cara penyusunan kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi tidak mempunyai ketentuan baku sehingga mudah untuk diterapkan oleh berbagai kalangan. Asalakan bahasa tersebut dapat ditangkap maksudnya oleh si penerima informasi maupun antar komunikan, maka tidak ada alasan untuk tidak mencoba menerapkan ‘bahasa alay’ dalam komunikasi sehari-hari. Poin pentingnya dengan menggunakan ‘bahasa alay’ tidak membuat orang lain tersinggung.

            Fenomena bahasa yang tidak sesuai kaidah ini tidak perlu diberantas. Karena kejadian ini juga dapat semakin menambah keanekaragaman dan keunikan bangsa. Selama bahasa tersebut tidak mengganggu stabilitas negara dan tidak mengoyak kebudayaan dalam negri, ‘bahasa alay’ masih layak untuk dikonsumsi masyarakat. Peran pentingnya ada pada media massa. Media-media massa harus menyebarkan satu pesan yaitu untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang benar sesuai tempat dan waktunya. Kemudian masyarakat juga harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang diciptakan teknologi itu.

            Perubahan penggunaan bahasa ini termasuk dalam perubahan sosial yang sesuai dengan teori evolusi, dimana perubahannya terjadi secara bertahap dari bahasa-bahasa singkatan sederhana sampai dengan munculnya istilah-istilah baru. Penerapan ‘bahasa alay’ ini juga termasuk dalam perubahan sosial yang tidak direncanakan. Bahasa alay yang berawal dari bahasa asli yang disingkat awalnya bertujuan untuk mempercepat pengetikan pesan singkat, kini sudah beralih dengan berbagai macam tujuan yang alasannya sangat personal. Factor-faktor yang mempengaruhi pun kebanyakan adalah faktor eksternal yang bersumber pada kondisi sosial masyarakat. Meskipun akhirnya masyarakat mempunyai alasan pribadi untuk menerapkan bahasa tersebut.

            Jika dilihat dari faktor-faktor yang mendukung perubahan sosial tersebut, maka dapat disimpulkan bahawa penggunaan ‘bahasa alay’ termasuk perubahan sosial mengerucut. Perkembangan gadget telah mempengaruhi pola berbahasa masyarakat. Dampak yang ditimbulkan termasuk dalam westernisasi. Sisi positifnya adalah di era gadget ini banyak bahasa-bahasa baru yang unik bermunculan. Sehingga keanekaragaman yang indah terus ada dalam masyarakat. Meskipun di sisi lain ada kekhawatiran tentang penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apakah di masa mendatang Bahasa Indonesia masih akan digunakan sesuai pedoman yang baik atau justru terbawa arus

No comments:

Post a Comment