Sumber : Intisari, Juli 201
Pada masa sekarang para pemerintah lebih mementingkan sebuah jabatan dari pada mementingkan tanggung jawabnya. Sekalipun mereka telah melakukan kesalahan. Seharusnya sebagai pemimpin mereka dapat mencontohkan bagaimana bertanggungjawab atas apa yang ia perbuat. Sayangnya, hal ini tidak dapat dilakukan oleh para pejabat yang ada di Indonesia. Kebanyakan dari mereka memilih tetap memertahankan jabatannya meskipun ia telah melakukan tindakan yang merugikan Negara.
Nurdin Halid hanya salah satu contoh dari sekian banyak contoh keengganan pejabat di Indonesia untuk lengser dari jabatan sebagai bentuk tanggung jawab. Nurdin bersikeras menolak mundur sehingga ia terpaksa harus dihentikan. Meskipun banyak pihak yang sudah tidak mempercayainya. Ia bahkan tetap masih berada diposisinya mempertahankan jabatanya. Budaya mengundurkan diripun tidak berlaku baginya. Wajar jika kemudian orang-orang berpendapat di negri ini tidak ada budaya itu.
Persoalan ini mungkin akan mengingatkan kita kepada mantan pemimpin Indonesia masa orde lama. Ya, pak Soeharto ia salah satu kepala pemerintahan yang paling lama. Lebih dari 32 tahun lamanya beliau memimpin Indonesia. Pada tanggal 22 Juni 1998 Soeharto akhirnya menyatakan mundur dari jabatan. Banyak orang yang bertanya-tanya tentang kemunduran Soeharto. Mengapa Soeharto mengundurkan diri? Faktanya banyak mahasiswa yang berdemontrasi di jalanan untuk meminta Presiden Turun. Hal yang menyebabkan banyak mahasiswa yang berdemonstrasi sebenarnya ketidaksetujuan mereka atas pemerintahanya yang menumpuk. Hal yang menumpuk ternyata dapat menggulingkan pemerintahannya.
Menyimak kondisi pemerintahan di negri kita akhir-akhir ini. Bolehlah kita merasa Prihatin. Di Indonesia di ungkapkan bahwa ada 155 pejabat pemerintahan daerah yang bermasalah terutama soal korupsi. Kalau dilihat setiap perkembangan di Indonesia. Negara ini termasuk yang Negara dengan tingkat Korupsi Tinggi. Banyak pemerintahan yang tetap mempertahankan perlakuan yang tidak baik demi sebuah jabatan.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ya..jawabannya sebenarnya ada pada masing-masing orang. Mungkin budaya malu dalam pemerintahan di Indonesia sudah tidak berlaku. Mungkin juga harta dan sebuah jabatan yang menggiurkan membuat para pemerintah kita Buta akan tanggungjawabnya sebagai pemerintah. Jika rasa malu itu masih ada setidaknya ketika melakukan tindakan yang merugikan, sebagai seorang pejabat yang telah di percayakan rakyat seharusnya malu karena tidak dapat menjalankan kepercayaan. Seiring berjalanya waktu kebutuhan semakin bertambah hal ini juga menyebabkan mereka lebih mementingkan harta dan kedudukan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Pada akhirnya masyarakatlah yang dirugikan.
Perubahan ini bisa terjadi karena para pemimpin tergiur akan jabatan. Kalau mereka tidak tergiur mungkin mereka bisa menjalankan tugas mereka sebagai pemimpin. Tanggung jawab yang seharusnya dilaksanakan tidak di perhatikan. Hanya sebuah kenikmatan dunia yang dapat membuat mereka nyaman. Ini yang membuat Negara kita jalan di depan sedangkan Negara lain sudah berlari maju. Perubahan tersebut sangat merugikan masyarakat yang telah mempercayai para pemimpinnya.
Perubahan yang mendasar dalam waktu yang cepat dapat di kategorikan Teori perubahan social Revolusi, karena perubahan ini bisa mengubah situasi pemerintahan dari yang terkendali menjadi kacau. Awalnya para pemimpin berjanji untuk rakyat, namun tambah ke depan para pemimpin melupakan janji mereka. Hal ini di kategorikan perubahan social direnacanakan karena ketika promosi mereka seolah sangat peduli terhadap masyarakat tapi setelah itu mereka bahkan tega menghabiskan uang rakyat. Hal ini termasuk perubahan social eksternal karena perubahan terjadi sesuai perkembangan jaman.a
No comments:
Post a Comment