Bermetodekan Mengamati, Mendokumentasi, Memetakan, dan Menarasikan
Sunday, September 7, 2014
#02 Upaya Menyelamatkan Anak Papua
Kompas, Senin, 25 Agustus 2014
Peristiwa ini adalah tentang tokoh pendidik dari Papua. Dia memperjuangkan anak-anak papua dari segi pendidikan. Di kabupaten Merauke, Papua sangat banyak anak-anak usia sekolah yang belum bisa menulis,membaca dan menghitung. Untuk itu beliau menggagas sekolah SMP dan SMA yang terintegrasi formal-nonformal . Di sekolah itu banyak anak usia SMP/SMA melampaui usia di jenjangnya. Sergius sampai mendatangi Pemerintah Daerah agar memperoleh bantuan. Dia mengusahakan itu semua dengan tulus dan proses yang panjang. Hingga pada akhirnya dia berhasil menuntaskan masalah kependidikan di daerah Merauke.
Seorang tokoh pendidik bernama Sergius Womsiwor berumur 49 tahun, ia merupakan pendidik inovatif. Dia bertempat tinggal di tanah Papua ,tepatnya di kabupaten Merauke. Dia memperjuangkan hak-hak anak papua yang perlu adanya layanan pendidikan. Menurut Sergius banyak anak-anak Papua yang putus sekolah ataupun tidak sama sekali. Oleh karena itu dia tergerak untuk membuat sekolah untuk anak-anak disana.Meski perlu perjuangan yang amat sangat sulit dia tetap berkomitmen, dan hingga pada akhirnya dia bisa mewujudkan semuanya . Banyak anak-anak di daerah Merauke bisa bersekolah berkat seseorang yang berhati mulia, orang itu bernama Sergius Womsiwor.
Pada tahun 2009 Sergius mendirikan sekolah di kabupaten Merauke,Papua. Dia prihatin karena banyak anak-anak tidak mengeyam bangku pendidikan. Banyak dari mereka yang buta huruf dan tidak bisa berhitung. Dia menggagas pendidikan berintegrasi formal-nonformal SMP dan SMA. Pada saat itu dia sering mengadakan sosialisasi di berbagai daerah. Dia sangat ingin menuntaskan buta aksara yang ada di daerah Merauke. Banyak anak-anak yang tertarik untuk bersekolah. Pada akhirnya pada tahun 2014 saat ini, hampir semua orang-orang di daerah Merauke memperoleh pendidikan.
Ada seorang tokoh pendidikan dari tanah Papua yang sangat baik. Dia menggagas pendidikan terintegrasi formal-nonformal gratis berpola asrama di lingkungan SMP dan SMA Negeri Plus Satu Atap 1 di Kampung Wasur,kabupaten Merauke. Karena disana banyak anak-anak yang tidak mendapatkan sarana dan prasarana pendidikan, oleh beberapa faktor. Diantara semua faktor banyak dari anak-anak tersebut tidak bersekolah lantaran tidak ada biaya, maupun daerah tempat tinggal yang terpencil. Oleh karena itu Sergius berkeinginan untuk menolong anak-anak itu.
Di tanah Papua banyak anak-anak yang tidak bersekolah/mengenyam bangku pendidikan. Banyak faktor mengapa disana banyak anak-anak yang tidak terdidik. Salah satunya karena wilayah yang terpencil, artinya wilayah tersebut minim sarana dan prasarana pendidikan bahkan bisa dibilang tidak ada. Disana tak ada sosialisasi sehingga banyak orang yang tidak berminat bersekolah. Sangat disayangkan apabila anak-anak tidak diberikan pendidikan yang layak. Untuk itu harus dilakukan langkah-langkah yang nyata untuk mengatasinya.
Cara mengatasi persoalan pendidikan yang masih terbelakang di wilayah Papua cukup sulit. Sergius berusaha mati-matian untuk itu semua. Dia mendirikan sebuah sekolah terintegrasi SMP dan SMA 1 Atap gratis. Sekolah itu berpola asrama supaya anak-anak bisa fokus belajar dengan baik. Semua bisa bersekolah termasuk anak-anak yang hamil diluar nikah ataupun dulunya pernah menggunakan narkoba. Sergius juga memberikan mereka pendidikan rohani, siswa-siswi setiap minggu beribadah di gereja. Sergius mendapat dana dari Pemerintah Daerah,t ak jarang dia menggunakan gajinya untuk memberi makan anak asuhnya. Banyak manfaat yang dirasakan warga Papua berkat adanya pendidikan gratis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment