Tuesday, September 9, 2014

#24 17 Agustus di MT. Elbrus

Sumber : Intisari Oktober 2009


 Petualangan menaklukkan Puncak Acan cagua, Argantina untuk mengibarkan bendera merah putih berkibar di Elbres. Elbres merupakan gunung tertinggi di kawasan eropa yang punya julukan “Little antarlica”. Yang dilakukan Tim Indonesia Independence Day 2009, yang terdiri dari atas penulis dan seiling berangkat dan jakarta 9 Agustus 2009. Pukul 00.20 menumpang Emirates Air, kemudian transt di Dubai dan langsung menuju Moskow. Pada 10 agustus 2009 pukul 17.50 terbang dari Moskow ke mineralnya Vody, dan tiba pada pukul 19.50. Pada Selasa 11 Agustus 2009 mulai dilakukan pendakian selama 4 jam mendaki bukit dan turun kembali ke Terskot.

 Pada 12 Agustus 2009 kami menuju ketinggian 3380 m sayangnya cuaca buruk, hujan salju, mendung, serta hawa yang amat dingin karena angin bertiup kencang. Kami bermalam di Cheeper Azau Camp, medan salju dengan kedalaman 10 – 60 cm cukup menguras tenaga. Keesokan harinya 13 agustus 2009, kami mendaki padang salju menuju Drijut pada ketinggian 4100 m. Fisik kami diuji selama enam jam pendakian, beruntung cuaca hari itu sangat bagus. Jumat 14 Agustus 2009 sejak pukul 09.00 kami mendaki padang salju menuju Pastukhova Rock di ketinggian 4600 m.

 Cuaca bagus itu seakan – akan berubah menjadi memburuk, terjadi hujan salju, mendung gelap dengan jarak pandang 2 m. Kami mulai menggigil kedinginan dan berbatuk –berbatuk. Selama 2 hari kami terus mendaki dan mengasah keterampilan mendaki di padang salju, termasuk berjalan miring di medan dengan kemirirngan lebih dari 60 derajat . Senin17 agustus 2009, pikul 01.00 suhu udara -25 derajat, kami segera bangun dari tidur dan mempersiapkan diri untuk pendakian ke puncak Mt Elbrus “ summit attach”.Untuk melawan hawa dingin kami memakai berlapis – lapis pakaian. Ini dilakukan agar badan kami terlindung dari dingin yang menusuk tulang.

 Pakaian ini terdiri dari berbgai lapis, lapisan pertama pakaian dalam, disusul pakaian long john ( pakaian yang berbahan kaus ) kemudian ditambah fleece ( pakaian ketat ), poliuretan, lalu lapisan bju hangat monkey dress, disambung baju “ anti angin “. Begitu pun tak ketinggalan sarung tangan , dipakai dua rangkap. Dilengkapi tutup kepala dan leher untuk memperhangat.Sementara sepatu memakai double bout. Kami mulai mendaki di kegelapan malam dan suhu -25 derajat yang menusuk tulang. Akhirnya pukul 07.00 kami baru sampai di ujung Saddle Point dengan ketinggian 5200 m.

 Dari perjalanan ini masalah yang terjadi adalah perjalnan yang berbahaya. Medan salju begitu curam dengan jurang dalam disebelah kiri. Matahari sangat terik membakar hangus muka bumi, bibir pecah padahal udara di gunung dibawah nol. Mt Elbrus cukup sulit didaki bila kita tidak mempergunkkkan cable car terutama summit attack. Hambatan utama yang terjadi adalah cuaca yang sering berubah – ubah dan medan salju sejak ketinggian 2500 m. Namun berkat aklimatisasi yang baik karena sejak hari pertama kami berjalan mencapai ketinggian 5200 m. Akhirnya kami sampai punvak dan dapat mengibarkan bendera sang merah putih.

 Saddle point merupakan pegununggan gunung yang menghubungkan West dan East Deak, kami beristirahat dengan dada yang mulai sesak. Medan pendakian mulai berat, dibutuhkan satu jam untuk menyebrangi punggungan ,setelah itu medan menanjak. Menjelang puncak, di ketinggian 5500 m, pengaruh ketinggian mulai terasa jelas. Napas lebih berat dan dada tersa sesak. Beruntung saat menuju puncak, udara berubah cerah. Kami berhasil sampai di puncak sekitar pukul 11.00. Puncak barat Elbrus itu sudah dipenuhi belasan pendaki dari Rusia, serta beberapa pendaki asal Jerman, Swiss dan polandia. Ketika mereka kami berithau bahwa hari itu adalah Hai Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 64. Mereka tampak sangat antusias, mereka memberi kesempatan kepada kam untuk melakukan seremoni pengibar, lagu kebangsaan ‘ Indonesia Raya “ pun berkumandang. Rasa haru, bangga, dan rasa nanar menahan tangis.

 Hari biru di Hari Kemerdekaan itu lama menyesaki dada kami, apalagi setelah upacara Hut Kemerdekaan Republik Indonesia itu mereka minta foto bersama. Suasan begitu akrab sebelum akhirnya tiba waktu berpisah sekitar pukul 12.00 kami pun turun dari Puncak, membawa cerita bangga dan syukur yang tak terkira. Kami sangat bangga bisa mengibarkan bendera kebangsaan kami dengan dilihat banyak turis mancanegara.

 Dari sedikit kutipan tentang artikel 17 AGUSTUS DI MT ELBRUS, dapat dikategorikan teori Evolusi. Teori Evolusi itu sendiri merupakan teori perubahan secara bertahap. Dari awal perjalanan yang sangat menguji mental dan kesabaran dan pada akhirnya sampai di puncak dengan penuh perjuangan. Karena perjuangan yang tidak mudah itu berbuah hasil yang sangat luar biasa. Bagi mereka semua kejadian yang dialami selama perjalanan bisa terbayar kan karena dapat melihat begitu indahnya puncak gunung Elbrus ini semua berkat rencana yang berjalan dengan baik. Faktor internal yang hendak dituju oleh para pendaki dapat sesuai dengan rencana. Pola perubahan siklus yang ada mereka dapat merasakan begitu hebatnya cuaca salju yang begitu indah. Dari perjalanan ini dapat member dampak positif bagi para pendaki yaitu dapat merasakan bagaimana susah payah mendaki puncak MT. Elbrus hanya demi mengibarkan bendera merah putih, menambah pengalaman dalam sejarah pendakian. Dampak negative yang didapatkan butuh perjuangan demi menuju puncak, sesak napas, bibir pecah – pecah, dan kedinginan yang sangat dingin dirasakan.

No comments:

Post a Comment