Tuesday, September 9, 2014

#12 Prinsip Kerja "888"

(Sumber: Intisari – Mei/2012, hlm 63)
 
            Di Indonesia umumnya orang bekerja dari pagi hingga larut malam karena banyak pekerja yang lembur. Pada awalnya di kota Melbourne, Australia juga memiliki jam kerja sekitar 12 jam. Para pekerja di sana merasakan bahwa bekerja selama 12 jam itu kurang efektif. Karena mereka hanya mendapatkan gaji yang tidak pernah naik & selain itu tingkat produktivitasnya juga rendah dan tidak pernah berkembang. Sehingga para pekerja protes dan akhirnya terciptalah metode baru, “888”. 8 jam bekerja, 8 jam rekreasi & 8 jam istirahat.
 
            Saat jam kerja masih 12 jam di Melbourne, timbulah pertanyaan dari pribasi para pekerja, “Apakah kita perlu menghabiskan banyak waktu di kantor bila ternyata produktivitasnya mungkin akan lebih baik bila diperlakukan pembatasan jam kerja?”. Pembatasan jam kerja mulai diusulkan sejak Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-19. Saat itu jam kerja masih 12-15 jam sehari. Para pemilik paabrik & politisi juga memikirkan kehidupan pekerja pabrik, terutama anak-anak. Kemudian, Robert Owen, seorang pemilik pabrik & mencetuskan ide “888”.
 
            Dari sinilah lahir kebijakan untuk mengurangi jam kerja menjadi 10 jam kerja menjadi 10 jam per hari, termasuk akhirnya diberlakukan juga  di Australia. Pada 12 Mei 1856, tukang-tukang bangunan di Melbourne berjalan ke gedung parlemen untuk menuntut adanya pengurangan jam kerja. Kejadian ini dikenal sebagai “888 Movement”. Dan pada hari itu langsung ditetapkan sebagai hari berlangsungnya “888”. Hal itu langsung disahkan oleh pihak pemerintahan setempat setelah pemikiran & perundingan dengan pihak lain.
 
            Hal ini berlangsung di Melbourne, Australia. Dan juga kota Melbourne satu-satunya kota yang menggunakan prinsip “888”. Setelah penetapan itu, dibuatlah monument “888” oleh pekerja setempat di pusat Kota Melbourne. Pembangunan monument ini dibuat sebagai penghargaan kepada para pekerja yang berjuang atas pembatasan jam di Melbourne. Dan karena pekerjaan & produktivitas meningkat jugalah yang dijadikan alas an pembuatan monument ini.
 
            Dikarenakan para pekerja protes, karena dengan waktu lembur, mendapat gaji yang sedikit & produktivitasnya tidak berkembang. Itulah alas an dari pencetusan prinsip “888” ini. Mulai dari pekerja, wanita, sampai anak anak pun juga protes akan hal ini. Oleh sebab itu, pemerintah memikirkan akan hal ini dari segi tiap kehidupan. Dan yang pada akhirnya remikanlah prinsip ini.
 
            Dalam prinsip “888” di kota Melbourne ini, tidak ada protes maupun kontraversi yang timbul. Mereka memberlakukan jam kerja dari jam 9.00-15.00 dan tidak ada lembur. Nyatanya, hal ini berjalan dengan lancer. Dan selain itu produktivitas kota Melbourne meningkat. Masyarakat Melbourne sangat senang dengan hal ini.
 
            Hal ini menggunakan prinsip revolusi karena sekali pencetusan prinsip itu langsung di sahkan. Hal ini direncanakan oleh para pekerja Melbourne dengan mmikirkan segala efeknya. Hal ini disusun oleh kaarena pengaruh external dari tingkat kesejahteraannya. Hal ini juga berdampak positif bagi warga Melbourne menjadi semakin produktif daripada yang sebelumnya.

No comments:

Post a Comment