Tuesday, April 7, 2015

# 90 Gadget Alihkan Duniaku




“Kebiasaan akan membuat semuanya menjadi mudah dan ramah” (Pythagoras)
Gadget bukan lagi hal baru dalam kehidupan kita. Kemajuan teknologi telah meluncurkan gadget yang dengan fitur-fitur didalamnya mampu membius semua pengguna. Bahkan anak yang baru lahir-pun sudah mengenal gadget. Hingga pada saat mereka kanak-kanak sudah pandai bermain gadget. Selain untuk berkomunikasi, mereka kerap menggunakannya untuk nge-games, googling bahkan bersosial media seperti facebook dan twitter.
Sudah siapkah guru menghadapi anak didik yang ber­-gadget?
“Jangan menolak perubahan hanya karena kita takut kehilangan yang telah dimiliki, karena dengannya kita merendahkan nilai yang bisa kita capai melalui perubahan itu” (Mario Teguh)
Banyak guru yang mencemaskan hal ini, karena takut anak didik mereka salah memberlakukan gadget sehingga terjerumus dalam black hole in the world dan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Banyak diantara mereka yang nge-gaps anak didik mereka untuk tidak menggunakan gadget bahkan menyitanya. Hal ini sungguh sangat memprihatinkan. Guru tidaklah harus berpegang teguh pada prinsip mengajar yaitu how to know, how to learn and how to be. Tapi guru harus menerapkan pula how to live together.
Dengan nge-gaps anak didik seperti itu, sosok guru bukan lagi menjadi seorang pendidik yang disegani melainkan sosok guru yang paling ditakuti sehingga menimbulkan celah antara guru dan anak didik. Dan ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada kegiatan belajar-mengajar. Kondisi kelas menjadi tidak nyaman dan anak didik bak dalam jeruji penjara. Bukan hanya fisik yang terpenjara melainkan pikiran mereka juga. Sehingga dalam menerima pembelajaranpun menjadi setengah-setengah.
Seharusnya hal seperti ini tidak dilakukan oleh guru. Bahkan sebaliknya gadget harusnya bisa menjadi modal guru. Modal dalam pembelajaran dan juga modal dalam pendekatan pada anak didik.
Bagaimanakah guru dapat memanfaatkan gadget?
“Berinteraksilah dengan para murid sebab inspirasi hadir karena interaksi” (Anies Rasyid Baswedan)
Kita sebagai guru tidak bisa menutup mata dengan keberadaan gadget. Anak didik sangat menyukai dan terbius dengan teknologi yang bernama gadget. Sehingga tidak ada salahnya kalau kita menggunakan kesempatan ini untuk melakukan pembelajaran sekaligus pendekatan pada anak didik.
Guru bisa memanfaatkan gadget dan internet untuk mencari bahan ajar tambahan seperti video pembelajaran, gambar-gambar menarik dan artikel-artikel yang menunjang materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya terpacu pada buku ajar.
Selain itu, guru juga juga bisa memanfaatkan sosial media seperti e-mail, facebook, blog, twitter sebagai sarana pemberian tugas dan pemngumpulan tugas oleh anak didik.
Fitur seperti kamera dan video dalam gadget juga bisa dimanfaatkan untuk merekam kegiatan belajar-mengajar. Dengan begitu, anak didik semakin bersemangat dalam belajar dan menerima pembelajaran. Selain itu dengan pembelajaran yang tidak tertutup pada buku ajar saja, dapat meningkatkan daya pikir kritis dan daya kreatifitas anak didik.
Disamping itu, dengan guru ikut serta ber­-sosial media dengan anak didik secara tidak langsung guru juga mengontrol penggunaan gadget anak didik. Para guru bisa mendampingi dan mengarahkan anak didiknya untuk memanfaatkan gadget secara sehat demi masa depan yang lebih baik dan untuk perkembangan pembelajaran dan pendidikan.
“Setiap orang perlu belajar sesuatu dan menguasainya secara sangat baik karena ia senang melakukannya, dan belajar sesuatu sehingga menjadi sangat mahir dalam hal tersebut karena ia pada mulanya tidak menyukai hal tersebut” (B M W. Young, Pendidik)

Nama                          : Khoirotul Rodiyah
Universitas Kanjuruhan Malang
Hobi                            : Memasak
Kebanggaan diri        : Memasak untuk keluarga kecilku dan membangun usaha kecil bersama
Kata bijak                   : Jangan membandingkan dirimu dengan orang lain. Iri hati hanya membuat jiwamu gelisah. Jadi diri sendiri.

No comments:

Post a Comment