“Kebiasaan akan
membuat semuanya menjadi mudah dan ramah” (Pythagoras)
Gadget bukan lagi hal baru dalam kehidupan kita.
Kemajuan teknologi telah meluncurkan gadget yang dengan fitur-fitur didalamnya
mampu membius semua pengguna. Bahkan anak yang baru lahir-pun sudah mengenal gadget.
Hingga pada saat mereka kanak-kanak sudah pandai bermain gadget. Selain untuk
berkomunikasi, mereka kerap menggunakannya untuk nge-games, googling bahkan
bersosial media seperti facebook dan twitter.
Sudah siapkah
guru menghadapi anak didik yang ber-gadget?
“Jangan menolak perubahan hanya
karena kita takut kehilangan yang
telah dimiliki, karena dengannya kita
merendahkan nilai yang bisa kita capai melalui
perubahan itu” (Mario
Teguh)
Banyak guru yang mencemaskan hal ini, karena takut
anak didik mereka salah memberlakukan gadget sehingga terjerumus dalam black hole in the world dan mengganggu
kegiatan belajar mengajar. Banyak diantara mereka yang nge-gaps anak didik mereka untuk tidak menggunakan gadget bahkan
menyitanya. Hal ini sungguh sangat memprihatinkan. Guru tidaklah harus
berpegang teguh pada prinsip mengajar yaitu how
to know, how to learn and how to be. Tapi guru harus menerapkan pula how to live together.
Dengan nge-gaps
anak didik seperti itu, sosok guru bukan lagi menjadi seorang pendidik yang
disegani melainkan sosok guru yang paling ditakuti sehingga menimbulkan celah
antara guru dan anak didik. Dan ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada
kegiatan belajar-mengajar. Kondisi kelas menjadi tidak nyaman dan anak didik
bak dalam jeruji penjara. Bukan hanya fisik yang terpenjara melainkan pikiran
mereka juga. Sehingga dalam menerima pembelajaranpun menjadi setengah-setengah.
Seharusnya hal seperti ini tidak dilakukan oleh guru.
Bahkan sebaliknya gadget harusnya bisa menjadi modal guru. Modal dalam
pembelajaran dan juga modal dalam pendekatan pada anak didik.
Bagaimanakah
guru dapat memanfaatkan gadget?
“Berinteraksilah
dengan para murid sebab inspirasi hadir karena interaksi” (Anies Rasyid Baswedan)
Kita sebagai guru tidak bisa menutup mata dengan
keberadaan gadget. Anak didik sangat menyukai dan terbius dengan teknologi yang
bernama gadget. Sehingga tidak ada salahnya kalau kita menggunakan kesempatan
ini untuk melakukan pembelajaran sekaligus pendekatan pada anak didik.
Guru bisa memanfaatkan gadget dan internet untuk
mencari bahan ajar tambahan seperti video pembelajaran, gambar-gambar menarik
dan artikel-artikel yang menunjang materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran
tidak hanya terpacu pada buku ajar.
Selain itu, guru juga juga bisa memanfaatkan sosial
media seperti e-mail, facebook, blog,
twitter sebagai sarana pemberian tugas dan pemngumpulan tugas oleh anak
didik.
Fitur seperti kamera dan video dalam gadget juga bisa
dimanfaatkan untuk merekam kegiatan belajar-mengajar. Dengan begitu, anak didik
semakin bersemangat dalam belajar dan menerima pembelajaran. Selain itu dengan
pembelajaran yang tidak tertutup pada buku ajar saja, dapat meningkatkan daya
pikir kritis dan daya kreatifitas anak didik.
Disamping itu, dengan guru ikut serta ber-sosial media dengan anak didik secara
tidak langsung guru juga mengontrol penggunaan gadget anak didik. Para guru bisa mendampingi dan mengarahkan anak didiknya untuk
memanfaatkan gadget secara sehat demi masa depan yang lebih baik dan untuk perkembangan
pembelajaran dan pendidikan.
“Setiap orang
perlu belajar sesuatu dan menguasainya secara sangat baik karena ia senang
melakukannya, dan belajar sesuatu sehingga menjadi sangat mahir dalam hal
tersebut karena ia pada mulanya tidak menyukai hal tersebut” (B M W. Young, Pendidik)
Nama :
Khoirotul Rodiyah
Universitas Kanjuruhan Malang
Hobi :
Memasak
Kebanggaan diri :
Memasak untuk keluarga kecilku dan
membangun usaha kecil bersama
Kata bijak : Jangan membandingkan dirimu dengan orang lain.
Iri hati hanya membuat jiwamu gelisah. Jadi diri sendiri.
No comments:
Post a Comment