Saturday, March 3, 2018

287 Sejarah Kehidupan Manusia



Ketika mendengar kata “Sejarah” maka pikiran lari ke masa lampau. Jaman perjuangan bahkan jaman jadul bahkan hal-hal asung, kesimpulanya, perlu ditinggalkan. Sejarah adalah statis, Sejarah hanyalah kekelaman. Pikiran dan aneka pandangan tersebut, boleh-boleh saja. Namun, ingat bahwa pandangan tersebut perspektifnya, sempit.

Sejarah memiliki perpektif lebih daripada pemikiran diatas. Sampai sejauh mana keluasan persepektif sejarah dapat kita jangkau?

Kaum akademisi atau kaum intelektual hendaknya membuka peluang terhadap perspetif lebih luas terhadap sejarah terlebih konteks “sejarah dan kehidupan manusia.” Jika dipersingkat dua kata “sejarah dan kehidupan manusia” dipersingkat menjadi “Sejarah Kehidupan Manusia” dan Kehidupan manusia Men-sejarah.”

Ide, gagasan, pemikiran Sejarah dan Kehidupan Manusia, mari kita gali, mari kita pilah, mari kita pilih, dan mari kita re-konstruksi!! 

1.       Kehidupan manusia melekat nilai sejarah.
2.       Tentang manusia, bisa diajukan banyak pertanyaan. Ada pertanyaan-pertanyaan yang eksperimental. Ini bisa eksperimental-biasa, atau eksperimental ilmiah. Eksperinemtal-biasa seperti dari manakah kamu, ke manakah kamu, siapakah namamu. Ada yang eksperimental-ilmiah, seperti sosiologis, psikologis, juridis, antropologis.
3.       Manusia itu adalah makhluk yang berhadapan dengan diri sendiri dalam dunianya.
4.       Manusia adalah makhluk yang berhadapan dengan diri sendiri. Tidak hanya berhadapan tetapi juha menghadapi dalam arti yang mirip dengan menghadapi soal, menghadapi kesukaran. Jadi dia (manusia) melakukan, dia mengolah diri sendiri, mengangkat dan merendahkan diri sendiri. Dia bersatu dan berjarak dengan diri sendiri.
5.       Bersama-sama itu manusia juga makhluk yang berada dan menghadapi alam kodrat. Dia merupakan kesatuan dengan alam. Tetapi juga berjarak. Hewan juga di dalam alam, tetapi tidak berhadapan dengan alam, tidak mempunyai distansi. Lihat saja, hewan tidak bisa memperbaiki alam, tidak bisa menyerang alam dengan teknik.
6.       Manusia itu selalu hidup dan mengubah dirinya dalam arus situasi yang konkrit. Dia tidak hanya berubah dalam tetapi juga karena diubah oleh situasiitu. Namun dalam berubah-ubah ini, dia tetap dia sendiri.
7.       Manusia selalu terlibat dalam situasi, situasi itu berubah dan mengubah manusia. Dengan ini dia menyejarah.
8.       Manusia melekat, ruang, waktu dan peristiwa
9.       Pendidikan adalah karya yang memimpin manusia muda (anak) ke arah kemanusiaan penuh atau kedewasaan. Dalam tingkat itu manusia harus melaksanakan hidupnya sebagai manusia.
10.   Manusia itu berupa dinamika atau punya dinamika. Bahwa dinamika manusia atau manusia sebagai dinamika: tidak pernah berhenti, selalu dalam keaktifan.
11.   Aspek fisiologik. Sejak timbulnya sebagai satu sel, manusia tak pernah berhenti bergerak, membangun diri. Sel bertumbuh, mengadakan diferensiasi, mengadakan organ-organ, akhirnya lahir sebagai bayi. Terus tumbuh, berkembang terus mempertahankan diri; organ-organ badan bekerja, darah berputar dan sebagainya. Hidup berarti aktif terus.
12.   Dinamika manusia berarti kekuatan yang bergerak dan menggerakkan, mendorong-dorong. Kearah mana atau apakah manusia bergerak? Dinamika mensatukan manusia dengan sesame dan dengan dunianya.
13.   Bagaimanakah dinamika manusia itu? Apakah isinya? Bagaimanakah strukturnya?
14.   Manusia adalah subjek.  Untuk terangnya,  bandingkanlah dengan realitas yang bukan subjek. Batu bukanlah subjek. Tidak bisa ambil tempat, tidak menentukan dirinya sendiri.
15.   Di dunia yang tampil ke muka sebagai subjek hanyalah manusia. Dia berdiri dengan pendirian, dengan sikap, dengan mengerti pendiriannya dan sikapnya. Dia bisa merumuskan sikapnya, bisa menganalisa pendiriannya dan mengubah-ngubahnya.
16.   Dia selalu menghadapi yang bukan dia sebagai sesuatu yang objektif-real  di hadapannya. Dia mengadakan obyektifitas. Artinya dia melihat realitas di hadapannya sebagai realitas tersendiri, yang ada terhadapnya.
17.   Kemampuan mengambil dan merubah sikap menunjuk adanya kemerdekaan dan pengertian. Ganti sikap berarti mengerti bahwa yang diganti itu tidak baik, jadi harus diubah. Bisa ganti, berarti bisa memilih, jadi tak terikat oleh cara yang tertentu.   
18.   Manusia sebagai subjek maka secara sosial merupakan individu. Ketika individu berkumpul terbentuklah kelompom/komunitas. Saat komunitas berkumpul dan menyatu terbetuknya masyarakat atau society. Masyarakat lebih luas tersusun masyarakat bangsa.
19.   Baik individu, komunitas merupakan subjek sosial dalam masyarakat. Masyarakat merupakan ruang hidup bagi individu maupun kelompok.
20.   Ruang hidup dalam konteks bermasyarakat merupakan ruang sosial. Karena didalamnya terjadi interaksi antarindividu, interaksi antarkelompok, dan individu dengan kelompok.
21.   Individu melekat aspek individu yaitu latar budaya, latar ekonomi, Latar sosial, latar tujuan.
22.   Individu memiliki aspek sosial yaitu struktur, interaksi, lingkungan dan aktivitas.
23.   Individu menyimpan dimensi sejarah, ekonomi, geografi, sosiologis.
24.   Individu terikat oleh masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
25.   Keunggulan individu dalam kesejarhannya yaitu berjarak atas masa lalu dan masa depan.
26.   Rekonstruksi sejarah adalah produk subjektif dari sebuah proses pemahaman intelektual yang dilanbangkan dalam symbol-simbol kebahasaan (narasi sejarah) dan dapat berubah dari waktu ke waktu dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu orang ke orang lain (Pomper and Van)
27.   Menurut Gilbert J. Garraghan, S.J. (1957:3) sejarah memuat tiga konsep : 1) peristiwa masa lampau, aktualitas masa lampau; 2) catatan kejadian masa lampau; 3) proses atau teknik pembuatan sejarah.
28.   Sejarah memiliki kekhasan yaitu menafsirkam, memahami, dan mengerti.
29.   Menurut Galtung yang dikutip oleh Kuntowijoyo, ilmu sejarah adalah diakronis, sebab ia memanjang dalam waktu, tetapi ruang yang terbatas, sedangkan ilmu sosial lain (antrologi, sosiologi, politik, hukum dsb) adalah ilmu sinkronis, yaitu meneliti fenomena yang meluas dalam ruang dan menyempit dalam waktu.  
30.   Kierkegard menyajikan uraian kesejarahan manusia terkait persoalan kesadaran tentang waktu, kesinambungan (continuity), dan perubahan (change) dalam dinamika kelampauan (past), kekinian (present) dan masa yang akan datang (future) yang menjadi pokok kajian ilmu sejarah, seperti diucapkan oleh Djoko Suryo (2009:28) dikutip  M.Z. Arifin Anis dalam (Abbas: 2014)
Abbas, Ersis Warmansyah. 2014. Building Character Through Education. Wahana Jaya Abadi. Bandung
31.   Perkembangan manusia dengan lingkungan fisik dan sosialnya dirumuskan oleh Karl Marx (Giddens, 1986:29-42) melalui lima tahapan, yaitu bermuasal 1) masyarakat prakelas; 2) masyarakat kuno dengan munculnya peradaban kota yang ditandai dengan munculnya perbudakan; 3) masyarakat feudal pada abad pertengan yang banyak mengadopsi unsur-unsur warisan Roma tentang pengurusan dan penataan area-area oleh kepemimpinan militer yang mereka kuasasi menjadi sebuah system kerajaan dengan basis ekonominya pertanian dalam skala kecil; 4) masyarakat kapitalis, dengan ditandai menjamurnya kota-kota yang diiringi dengan pembentukan modal dagang, system moneter yang digunakan untuk berdagang dan riba; dan 5) munculnya masyarakat sosialis/komunisme, yang intinya perubahan terhadap kapitalisme oleh M.Z. Arifin Anis dalam (Abbas: 2014)
Abbas, Ersis Warmansyah. 2014. Building Character Through Education. Wahana Jaya Abadi. Bandung
32.   M.Z. Arifin Anis memaparkan pandangan Comte jika didekati oleh pendekatan sejarah, ia telah merumuskan perjalanan manusia bergerak melalui tiga pola zaman. Pola pertama, zaman teologi, yaitu zaman ketika manusia mencari jawaban tentang pertanyaan muasalnya fenomena. Jawaban pertanyaan itu ditautkan kepada kepercayaan fetishisme (animisme), polytheisme, dan monoteisme. Pola kedua bergerak ke zaman metafisis, ketika manusia mulai menjawab fenomena dengan filsafat yang abstrak dan universal. Pola ketiga adalah zaman positifis yang meninggalkan pandangan spekulasi ke obyektifitas ilmu pengetahuan yang didasari oleh rasional, empiric dan observasi dengan penalaran eksakta, Jean FranQuis Dortier (Cabin & Dortier. Ed., 2008:8-10) dalam (Abbas, 2014)
33.   Kuntowijoyo (1995:19) berpendapat bahwa sejarah berguna secara intrinsic dan ekstrinsik
34.   Guna sejarah secara intrinsic: 1) sejarah sebagai ilmu; 2) sejarah sebagai cara untuk mengetahui masa lampau; 3) sejarah sebagai pernyataan pendapat; 4) sejarah sebagai profesi.
35.   Guna sejarah secara ekstrinsik: 1) moral; 2) penalaran; 3) politik; 4) kebijaksanaan; 5) perubahan; 6) masa depan; 7) keindahan; 8) ilmu bantu; 9) latar belakang; 10) rujukan; 11) bukti.
36.   Pendapat S.K. Kochhar tentang sasaran, tujuan dan nilai sejarah sebagai berikut : 1) mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri; 2) memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat; 3) membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya; 4) mengajarkan toleransi; 5) menanamkan sikap intelektual; 6) memperluas cakrawala; 7) mengajarkan prinsip-prinsip moral; 8) menanamkan orienrasi ke masa depan; 9) memberikan pelatihan mental; 10) melatih siswa menangani isu0isu kontroversial; 11) membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan perorangan; 12) memperkokoh rasa nasionalisme; 13) mengembangkan pemahaman internasional; 14) mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang berguna.
37.   Mempelajari sejarah bukan sekedar hapalan atau hanya sekedar cerita tentang suatu peristiwa besar yang kemudian dilupakan dan tanpa memperoleh pemahaman sedikitpun. P
38.   Peristiwa sejarah pasti mengandung nilai. Nilai pembelajaran sejarah menurut Kochhar: 1) nilai keilmuan, sejarah memberikan pelatihan mental yang sangat bagus; 2) nilai informative, sejarah merupakan pusat informasi yang lengkap dan menyediakan panduan untk menemukan jalan keluar dari semua masalah yang dihadapi manusia; 3) nilai pendidikan, salah satu alasan terbaik untuk mengajarkan sejarah kepada anak-anak adalah nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya; 4) nilai etika, sejarah sebagai bagian yang sangat penting  dalam kurikulum sekolah, terutama dalam hal pembelajaran dalam hal pembelajaran moralitas; 5) nilai budaya, sejarah dapat menjadi instrument yang sangat efektif untuk membuat pikiran manusia lebih berbudaya; 6) nilai politik, sejarah juga membantu perpolitikan di Negara kita; 7) nilai nasionalisme, sebagai instrument penggugah rasa cinta tanah air dalam pikiran anak-anak; 8) nilai internasional, sejarah sangat berharga bagi pengembangan akar internasionalisme yang rasional; 9) nilai kerja, sejarah memiliki nilai kerja. Berbagai pekerjaan terbuka bagi mereka yang menjadi sejarawan berkualitas; 10) nilai kependidikan, sejarah tidak hanya membantu para siswa dari berbagai umur dan kemampuan untuk menemukan posisi mereka di masa sekarang dengan cara menciptakan “hubungan yang menentramkan” dengan masa lampau, tetapi juga secara tidak langsung mengandung filsafat tentang asal-usul yang bermakna di masa lalu dan tujuan yang bermakna di masa depan, yang menjadi alasan bagi kerja keras manusia di masa sekarang
39.   Metode dan kerangka berpikir untuk memahami dan memaknai sejarah dalam segi keilmuan. Periodisasi (kurun waktu tertentu dan bertingkat), kronologi (urutan terjadinya suatu peristiwa), kronik (kumpulan tulisan tentang…), kausalitas (sebab-akibat terjadinya suatu peristiwa),
40.   ..


Daftar Bacaan
1.       Abbas, Ersis Warmansyah. 2013. Mewacanakan Pendidikan IPS. Wahana Jaya Abadi. Bandung
2.       Bakker, J.WM., SJ. 1984. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Penerbit Kanisius. Jogjakarta.
3.       Drijarkara, Prof. Dr. N., SJ. 1992. Filsafat Manusia. Penerbit Kanisius. Jogjakarta

TUGAS
1.       Tugas Pribadi





No comments:

Post a Comment