Ketika mendengar kata “Sejarah”
maka pikiran lari ke masa lampau. Jaman perjuangan bahkan jaman jadul bahkan
hal-hal asung, kesimpulanya, perlu ditinggalkan. Sejarah adalah statis, Sejarah
hanyalah kekelaman. Pikiran dan aneka pandangan tersebut, boleh-boleh saja.
Namun, ingat bahwa pandangan tersebut perspektifnya, sempit.
Sejarah memiliki perpektif lebih
daripada pemikiran diatas. Sampai sejauh mana keluasan persepektif sejarah
dapat kita jangkau?
Kaum akademisi atau kaum intelektual
hendaknya membuka peluang terhadap perspetif lebih luas terhadap sejarah
terlebih konteks “sejarah dan kehidupan manusia.” Jika dipersingkat dua kata
“sejarah dan kehidupan manusia” dipersingkat menjadi “Sejarah Kehidupan
Manusia” dan Kehidupan manusia Men-sejarah.”
Ide, gagasan, pemikiran Sejarah
dan Kehidupan Manusia, mari kita gali, mari kita pilah, mari kita pilih, dan
mari kita re-konstruksi!!
1. Kehidupan
manusia melekat nilai sejarah.
2. Tentang
manusia, bisa diajukan banyak pertanyaan. Ada pertanyaan-pertanyaan yang
eksperimental. Ini bisa eksperimental-biasa, atau eksperimental ilmiah.
Eksperinemtal-biasa seperti dari manakah kamu, ke manakah kamu, siapakah
namamu. Ada yang eksperimental-ilmiah, seperti sosiologis, psikologis, juridis,
antropologis.
3. Manusia
itu adalah makhluk yang berhadapan dengan diri sendiri dalam dunianya.
4. Manusia
adalah makhluk yang berhadapan dengan diri sendiri. Tidak hanya berhadapan
tetapi juha menghadapi dalam arti yang mirip dengan menghadapi soal, menghadapi
kesukaran. Jadi dia (manusia) melakukan, dia mengolah diri sendiri, mengangkat
dan merendahkan diri sendiri. Dia bersatu dan berjarak dengan diri sendiri.
5. Bersama-sama
itu manusia juga makhluk yang berada dan menghadapi alam kodrat. Dia merupakan
kesatuan dengan alam. Tetapi juga berjarak. Hewan juga di dalam alam, tetapi
tidak berhadapan dengan alam, tidak mempunyai distansi. Lihat saja, hewan tidak
bisa memperbaiki alam, tidak bisa menyerang alam dengan teknik.
6. Manusia
itu selalu hidup dan mengubah dirinya dalam arus situasi yang konkrit. Dia
tidak hanya berubah dalam tetapi juga karena diubah oleh situasiitu. Namun
dalam berubah-ubah ini, dia tetap dia sendiri.
7. Manusia
selalu terlibat dalam situasi, situasi itu berubah dan mengubah manusia. Dengan
ini dia menyejarah.
8. Manusia
melekat, ruang, waktu dan peristiwa
9. Pendidikan
adalah karya yang memimpin manusia muda (anak) ke arah kemanusiaan penuh atau
kedewasaan. Dalam tingkat itu manusia harus melaksanakan hidupnya sebagai
manusia.
10. Manusia
itu berupa dinamika atau punya dinamika. Bahwa dinamika manusia atau manusia
sebagai dinamika: tidak pernah berhenti, selalu dalam keaktifan.
11. Aspek
fisiologik. Sejak timbulnya sebagai satu sel, manusia tak pernah berhenti
bergerak, membangun diri. Sel bertumbuh, mengadakan diferensiasi, mengadakan
organ-organ, akhirnya lahir sebagai bayi. Terus tumbuh, berkembang terus
mempertahankan diri; organ-organ badan bekerja, darah berputar dan sebagainya.
Hidup berarti aktif terus.
12. Dinamika
manusia berarti kekuatan yang bergerak dan menggerakkan, mendorong-dorong.
Kearah mana atau apakah manusia bergerak? Dinamika mensatukan manusia dengan
sesame dan dengan dunianya.
13. Bagaimanakah
dinamika manusia itu? Apakah isinya? Bagaimanakah strukturnya?
14. Manusia
adalah subjek. Untuk terangnya, bandingkanlah dengan realitas yang bukan
subjek. Batu bukanlah subjek. Tidak bisa ambil tempat, tidak menentukan dirinya
sendiri.
15. Di
dunia yang tampil ke muka sebagai subjek hanyalah manusia. Dia berdiri dengan
pendirian, dengan sikap, dengan mengerti pendiriannya dan sikapnya. Dia bisa
merumuskan sikapnya, bisa menganalisa pendiriannya dan mengubah-ngubahnya.
16. Dia
selalu menghadapi yang bukan dia sebagai sesuatu yang objektif-real di hadapannya. Dia mengadakan obyektifitas.
Artinya dia melihat realitas di hadapannya sebagai realitas tersendiri, yang
ada terhadapnya.
17. Kemampuan
mengambil dan merubah sikap menunjuk adanya kemerdekaan dan pengertian. Ganti
sikap berarti mengerti bahwa yang diganti itu tidak baik, jadi harus diubah.
Bisa ganti, berarti bisa memilih, jadi tak terikat oleh cara yang tertentu.
18. Manusia
sebagai subjek maka secara sosial merupakan individu. Ketika individu berkumpul
terbentuklah kelompom/komunitas. Saat komunitas berkumpul dan menyatu
terbetuknya masyarakat atau society. Masyarakat lebih luas tersusun masyarakat
bangsa.
19. Baik
individu, komunitas merupakan subjek sosial dalam masyarakat. Masyarakat
merupakan ruang hidup bagi individu maupun kelompok.
20. Ruang
hidup dalam konteks bermasyarakat merupakan ruang sosial. Karena didalamnya
terjadi interaksi antarindividu, interaksi antarkelompok, dan individu dengan
kelompok.
21. Individu
melekat aspek individu yaitu latar budaya, latar ekonomi, Latar sosial, latar
tujuan.
22. Individu
memiliki aspek sosial yaitu struktur, interaksi, lingkungan dan aktivitas.
23. Individu
menyimpan dimensi sejarah, ekonomi, geografi, sosiologis.
24. Individu
terikat oleh masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
25. Keunggulan
individu dalam kesejarhannya yaitu berjarak atas masa lalu dan masa depan.
26. Rekonstruksi
sejarah adalah produk subjektif dari sebuah proses pemahaman intelektual yang
dilanbangkan dalam symbol-simbol kebahasaan (narasi sejarah) dan dapat berubah
dari waktu ke waktu dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu orang ke
orang lain (Pomper and Van)
27. Menurut
Gilbert J. Garraghan, S.J. (1957:3) sejarah memuat tiga konsep : 1) peristiwa
masa lampau, aktualitas masa lampau; 2) catatan kejadian masa lampau; 3) proses
atau teknik pembuatan sejarah.
28. Sejarah
memiliki kekhasan yaitu menafsirkam, memahami, dan mengerti.
29. Menurut
Galtung yang dikutip oleh Kuntowijoyo, ilmu sejarah adalah diakronis, sebab ia
memanjang dalam waktu, tetapi ruang yang terbatas, sedangkan ilmu sosial lain
(antrologi, sosiologi, politik, hukum dsb) adalah ilmu sinkronis, yaitu
meneliti fenomena yang meluas dalam ruang dan menyempit dalam waktu.
30. Kierkegard
menyajikan uraian kesejarahan manusia terkait persoalan kesadaran tentang
waktu, kesinambungan (continuity),
dan perubahan (change) dalam dinamika
kelampauan (past), kekinian (present) dan masa yang akan datang (future) yang menjadi pokok kajian ilmu
sejarah, seperti diucapkan oleh Djoko Suryo (2009:28) dikutip M.Z. Arifin Anis dalam (Abbas: 2014)
Abbas, Ersis Warmansyah. 2014. Building
Character Through Education. Wahana Jaya Abadi. Bandung
31. Perkembangan
manusia dengan lingkungan fisik dan sosialnya dirumuskan oleh Karl Marx
(Giddens, 1986:29-42) melalui lima tahapan, yaitu bermuasal 1) masyarakat
prakelas; 2) masyarakat kuno dengan munculnya peradaban kota yang ditandai
dengan munculnya perbudakan; 3) masyarakat feudal pada abad pertengan yang
banyak mengadopsi unsur-unsur warisan Roma tentang pengurusan dan penataan
area-area oleh kepemimpinan militer yang mereka kuasasi menjadi sebuah system
kerajaan dengan basis ekonominya pertanian dalam skala kecil; 4) masyarakat
kapitalis, dengan ditandai menjamurnya kota-kota yang diiringi dengan
pembentukan modal dagang, system moneter yang digunakan untuk berdagang dan
riba; dan 5) munculnya masyarakat sosialis/komunisme, yang intinya perubahan
terhadap kapitalisme oleh M.Z. Arifin Anis dalam (Abbas: 2014)
Abbas, Ersis Warmansyah. 2014. Building
Character Through Education. Wahana Jaya Abadi. Bandung
32. M.Z.
Arifin Anis memaparkan pandangan Comte jika didekati oleh pendekatan sejarah,
ia telah merumuskan perjalanan manusia bergerak melalui tiga pola zaman. Pola
pertama, zaman teologi, yaitu zaman ketika manusia mencari jawaban tentang
pertanyaan muasalnya fenomena. Jawaban pertanyaan itu ditautkan kepada
kepercayaan fetishisme (animisme),
polytheisme, dan monoteisme. Pola kedua bergerak ke zaman metafisis, ketika
manusia mulai menjawab fenomena dengan filsafat yang abstrak dan universal.
Pola ketiga adalah zaman positifis yang meninggalkan pandangan spekulasi ke
obyektifitas ilmu pengetahuan yang didasari oleh rasional, empiric dan
observasi dengan penalaran eksakta, Jean FranQuis Dortier (Cabin & Dortier.
Ed., 2008:8-10) dalam (Abbas, 2014)
33. Kuntowijoyo
(1995:19) berpendapat bahwa sejarah berguna secara intrinsic dan ekstrinsik
34. Guna
sejarah secara intrinsic: 1) sejarah sebagai ilmu; 2) sejarah sebagai cara
untuk mengetahui masa lampau; 3) sejarah sebagai pernyataan pendapat; 4)
sejarah sebagai profesi.
35. Guna
sejarah secara ekstrinsik: 1) moral; 2) penalaran; 3) politik; 4)
kebijaksanaan; 5) perubahan; 6) masa depan; 7) keindahan; 8) ilmu bantu; 9)
latar belakang; 10) rujukan; 11) bukti.
36. Pendapat
S.K. Kochhar tentang sasaran, tujuan dan nilai sejarah sebagai berikut : 1)
mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri; 2) memberikan gambaran yang tepat
tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat; 3) membuat masyarakat mampu
mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya; 4)
mengajarkan toleransi; 5) menanamkan sikap intelektual; 6) memperluas
cakrawala; 7) mengajarkan prinsip-prinsip moral; 8) menanamkan orienrasi ke
masa depan; 9) memberikan pelatihan mental; 10) melatih siswa menangani isu0isu
kontroversial; 11) membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah
sosial dan perorangan; 12) memperkokoh rasa nasionalisme; 13) mengembangkan
pemahaman internasional; 14) mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang
berguna.
37. Mempelajari
sejarah bukan sekedar hapalan atau hanya sekedar cerita tentang suatu peristiwa
besar yang kemudian dilupakan dan tanpa memperoleh pemahaman sedikitpun. P
38. Peristiwa
sejarah pasti mengandung nilai. Nilai pembelajaran sejarah menurut Kochhar: 1)
nilai keilmuan, sejarah memberikan pelatihan mental yang sangat bagus; 2) nilai
informative, sejarah merupakan pusat informasi yang lengkap dan menyediakan
panduan untk menemukan jalan keluar dari semua masalah yang dihadapi manusia;
3) nilai pendidikan, salah satu alasan terbaik untuk mengajarkan sejarah kepada
anak-anak adalah nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya; 4) nilai etika,
sejarah sebagai bagian yang sangat penting
dalam kurikulum sekolah, terutama dalam hal pembelajaran dalam hal
pembelajaran moralitas; 5) nilai budaya, sejarah dapat menjadi instrument yang
sangat efektif untuk membuat pikiran manusia lebih berbudaya; 6) nilai politik,
sejarah juga membantu perpolitikan di Negara kita; 7) nilai nasionalisme,
sebagai instrument penggugah rasa cinta tanah air dalam pikiran anak-anak; 8)
nilai internasional, sejarah sangat berharga bagi pengembangan akar
internasionalisme yang rasional; 9) nilai kerja, sejarah memiliki nilai kerja.
Berbagai pekerjaan terbuka bagi mereka yang menjadi sejarawan berkualitas; 10)
nilai kependidikan, sejarah tidak hanya membantu para siswa dari berbagai umur
dan kemampuan untuk menemukan posisi mereka di masa sekarang dengan cara
menciptakan “hubungan yang menentramkan” dengan masa lampau, tetapi juga secara
tidak langsung mengandung filsafat tentang asal-usul yang bermakna di masa lalu
dan tujuan yang bermakna di masa depan, yang menjadi alasan bagi kerja keras
manusia di masa sekarang
39. Metode
dan kerangka berpikir untuk memahami dan memaknai sejarah dalam segi keilmuan.
Periodisasi (kurun waktu tertentu dan bertingkat), kronologi (urutan terjadinya
suatu peristiwa), kronik (kumpulan tulisan tentang…), kausalitas (sebab-akibat
terjadinya suatu peristiwa),
40. ..
Daftar Bacaan
1. Abbas,
Ersis Warmansyah. 2013. Mewacanakan
Pendidikan IPS. Wahana Jaya Abadi. Bandung
2. Bakker,
J.WM., SJ. 1984. Filsafat Kebudayaan
Sebuah Pengantar. Penerbit Kanisius. Jogjakarta.
3. Drijarkara,
Prof. Dr. N., SJ. 1992. Filsafat Manusia.
Penerbit Kanisius. Jogjakarta
TUGAS
1. Tugas
Pribadi
No comments:
Post a Comment