Oleh:Karolina Ernesta (2017A)
Semua orang pasti pernah jatuh cinta dan pernah jatuh karena cinta itu juga.
Begitulah yang dialami olehku
Aku bernama Karola,.Usiaku 18 tahun.aku tak pernah berpikir cinta bisa menjatuhkanku.Itu semua karena pengalamanku.Bahkan orang lain saja yang jatuh karena Cintaku.Meskipun pernah seseorang membuatku sedikit jatuh tapi itu bukan apa-apa untukku.
Tapi kala itu .
Suatu ketika,ditengah malam yang sepi,ketika aku masih menikmati angin malam
Tiba-tiba hpku bergetar .Pertanda ada pesan singkat dari seseorang masuk
Seseorang yang asing bagiku menyapa
“hy karola”sapanya
Siapakah dia?
Kenapa tiba-tiba menyapaku?
Karena penasaran,akhirnya Aku membalasnya
“hy juga”
Tak lama,Si dia membalas lagi
“kamu kok belum tidur”?
Aku semakin bingung
“aku belum ngantuk “balasku singkat.
“maaf sebelumnya ,aku Wintra.
Teman dari temanmu.aku sering lihat kamu bersamanya”balasnya dengan menjelaskan siapa dia sebenarnya
Aku diam sejenak.Aku ingat.Aku punya teman bernama Fransiska,tapi kami beda kampus.Meskipun begitu kami sangat akrab.kami sudah berteman hampir 4 tahun,sejak SMA dulu.
Kami 4 orang.Aku,fransiskaAngela,dan Valeria.Tapi valeria kuliahnya beda kota dengan kaami bertiga
Aku dan Angela satu kampus.Itu kami.
“maaf,aku ngga tau”balasku singkat lagi
“iya karola”balasnya.
Aku hanya membacanya saja.
Hpku bergetar lagi.Aku melihat hpku
Dan dia lagi,Wintra.
“Karola,aku suka kamu”
Aku hampir saja pingsan baca pesan singkat itu.Suka?.Aku merasa darahku seolah-olah tak mengalir dan angin tak berhembus dan seakan-akan dunia membeku.
Tapi kan hanya sebatas suka,tidak lebih.
Dan aku hanya bisa menjawab “terimakasih”
Seakan-akan kosakataku hanya itu saja.Aku hilang seribu bahasa.Aku baru pertama kali mengalami hal seperti ini.
Jantungku berdegup tak karuan sambil menunggu balasan wintra
“kamu mau jadi pacar aku?
“aku sudah lama menyukaimu”balas wintra
Aku hampir gila membaca pesan singkat itu lagi bahkan aku lupa kalau tadinya aku sudah ngantuk berat dan ini sudah larut malam.
Aku bingung untuk menjawabnya.Dan akhirnya aku memilih satu jawaban yang tepat”iya”.Aku tidak tau setan apa yang Sudah merasuki hati dan pikiranku sehingga dengan polosnya aku menjawab.
‘Terimakasih”jawab Wintra
Mulai malam itu Kami pacaran
Malam makin larut dan dingin tak terasa hingga aku mengucapkan Selamat tidur untuk wintra
Aku mulai kisah baru lagi.Wintra.Lelaki yang langsung saja membuat hatiku luluh tanpa persyaratan untuk menjadi pacarku.Aku merasa seluruh makhluk yang ada dibumi ini menyetujui kami berduaAku selalu berpikir kisah kami selalu bahagia.Kerena Wintra tak pernah sedikitpun menyakitiku.Dia penurut.Di suka membuat moment yang mungkin tak pernah orang lain alami
Aku sadar,hatiku luluh karenanya.
Sebulan berlalu hubungan kami baik-baik saja.Aku dan wintra semakin akrab.
Hingga memasuki bulan yang kedua,Aku melihat ada yang berubah dari wintra.
Wintra mulai cuek .Tapi aku selalu berpikir mungkin dia sibuk.
Hari itu,tepatnya hari jadi kami yang ke 2 bulan.
Wintra mengirim pesan singkat
“karola aku butuh waktu,aku mau sendiri dulu,aku harap kamu mengerti”
Aku bingung dengan pesan itu
“kamu kenapa,?kamu lagi ada masalah?”tanyaku
‘aku belum bisa menjelaskan semunya padamu,tapi aku mau sendiri”balasnya lagi
Aku belum mengerti apa maksud dari wintra
“Mengapa belum bisa?Apa kamu bosan denganku?”tanyaku
“aku mau kita putus.Bukan berarti aku melupakanmu atau cari pacar lagi.Tapi aku memang mau sendiri.Aku rasa aku bukan diriku lagi.Aku sudah berubah.”jawabnya tanpa rasa bersalah bersalah.
Padahal kata putus bagiku itu sesuatu yang bisa membuatku gila.Nafasku serasa sesak saat membaca pesan singkat itu.
Aku tak pernah menyangka Wintra mengucapkan kata seperti itu padaku. Aku bahkan tak pernah menyakitinya.Aku tak habis pikir dengan semuannya.Dia mengakhirnya dengan mudah saja,tanpa ingat Aku yang selalu mengalah demi hubungan kami.Tidak pernah mempersalahkannya jika dia ada salah,selalu memaafkannya.Aku tidak pernah berpikir dia akan menjadi manusia yang paling egois yang pernah aku kenal.Tetapi biarlah,aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengikuti keinginnya .Aku rasa seluruh tubuhku melepuh. Aku bingung harus memulai dari kata mana aku menjawabnya.
Aku rasa semua orang membunuhku.Dan akhirnya hujan turun.Langit malam yang cerah menjadi mendung.Bulan bintang mulai meredup seperti situasi hatiku
“Apa kamu berubah karena aku?kenapa sekarang baru kamu bilang ke aku? Kamu egois,”jawabku
Air mataku sudah mengalir bagai sungai
“aku tau ini berataku salah,aku egois aku sudah menyakitimutapi aku harap kamu mengerti denganku,aku pergi bukan untuk meninggalkanmu.aku janji aku kembali lagi untukmu nanti
Sejak itu kisahku berakhir dan dialah orang yang bisa menghancurkan tembok keras hatiku dan menjebol bendungan air mataku.
Karenna dialah yang pertama kali membuatku menangis.Aku hampir lupa diri,karena masih bingung dengan semua yang terjadi.Singkat tetapi menusuk.
Malam menjadi nyata akan kisah kami.Aku benar-benar rapuh.Aku kehilangan lagi.Aku berharap semuanya cepat berlalu bersama angin lalu.
Bukan sesuatu yang mudah untuku mengubur kenangan -kenangan .Segala kebahagian yang aku dapat darinya .semua masih menyatu dalam benakku.Pikiranku masih menerawang.Perkataanya itu seperti mimpi buruk dalam hidupku.Bayangannya masih nyata untukku.Di. setiap hening malam,aku selalu kalah dengan air mata.Selalu hadir menemani mimpi malamku.Hatiku egois.
Dia membiarkan perasaanku terlena untuknya.Dia membiarkanku untuk terus memikirkanya tanpa memikirkan betapa sakitnya aku.Aku belum sempurna melupakannya.Aku belum siap kehilangan .
Hingga suatu hari aku mengiklaskanya dengan mencari orang yang mengerti dengan kondisiku.Orang yang bisa menerima dan mendengarkan segala keluh kesahku .Angela dan Fransiska.Iya. Mereka andalanku sekarang.Mereka yang bisa memulihkan hatiku
Pelukan hangat mereka bisa membuatku sedikit minyingkir bayanganya.Mereka bagai teduhan saat hujan deras membasahiku.”perihmu perihku juga”itulah prinsip kami
Hingga saat ini aku belajar merelakan dan mengiklaskan dari mereka.
Dan bahkan aku melupakanya karena mereka berdua.
Meskipun dalam diam hatiku menangis dan menunggu janji yang sudah menjamur bersama bayanganya.Dan karenanya aku membenci janji.
*) Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Univ Kanjuruhan Malang
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete