Tuesday, March 27, 2018

385 ProfGur Rb 07 Gadis Merah

Nama : Siti Aisyah
Npm :170402080076
Kelas : 2017 a
Gadis Merah
Hujan membasahi bumi dengan derasnya, sementara dedaunan pun serentak ikut bergoyang oleh sentuhan air hujan yang tiada henti terus membasahi. Namun, dari kejauhan Nampak seorang gadis desa bernama Salma itu, terdiam dibalik teduhan pohon untuk menjauhi derasnya hujan, yang mulai dikit demi sedikit membasahi bajunya, sehingga terlihat Nampak agak kotor. Kerudung merah yang dikenakan Salma, sedikit terlihat menempel ke kulit kepalanya, sehingga hitamnya rambut Nampak sedikit terlihat. Salma pun mulai berlari melawan derasnya hujan yang mulai membasahinya. Apalagi hujan kali ini, tidak reda-reda juga. Hujan terus mengguyur tubuh Salma, sehingga Salma pun terlihat kedinginan.
“ Hey, lihat bajumu basah semua. Pakai saja jaketku untuk meredakan dinginnya hujan. Kelihatannya kamu dari tadi berteduh di bawah pohon ini.Apa rumahmu juga di sekitar tempat ini ? Kenalkan, namaku Hasan Ali. Panggil saja Hasan atau Ali”.
Salma hanya terdiam menunduk. Salma tak berani sama sekali melihat wajah seorang laki-laki yang telah meminjamkan jaket itu padanya. Salma tak berani, menoleh ke arah laki-laki itu. Salma tetap saja, tak mengambil jaket yang di pinjamkan kepadanya.
“Tidak, terimakasih Tuan….”
Salma merasa ketakutan.Salma takut, dia bukan laki-laki baik. Siap tahu, dia laki-laki tidak baik.
“ Aku harus berhati-hati. Aku tak pernah mengenal laki-laki ini”. Gumamnya dalam hati
“Mengapa kamu diam saja? Aku hanyaa……”.
Salma pun berlari begitu saja, tanpa menghiraukan laki-laki yang akan meminjamkan jaket itu padanya.
“ Gadis di Desa ini aneh juga. Hanya sekedar bertanya saja, tidak dihiraukan. Apalagi jika aku harus sekedar meminta tolong, mungkin tidak akan dihiraukan oleh mereka. Entahlah……? Tapi, siapa nama gadis berkrudung merah itu? Dia begitu polos dan kelihatannya dia gadis yang lembut. Astagfirullah….. kenapa aku jadi memikirkan gadis tadi. Padahal aku sendiri tidak tahu siapa dia, apalagi dia tak menghiraukanku sama sekali.
“ Ya Allah Salma, kau kehujanan. Dari mana saja engkau anakku? Bagaimana dengan jawaban Kakek mengenai seorang Guru yang akan mengajari anak-anak di Desa ini? Engkau sudah mempertanyakannya tidak,pada Kakekmu?”
“Tadi hujan deras sekali. Jadi terpaksa Salma berteduh agak lama di bawah pohon. Mobil angkutan pun juga tidak muncul-muncul sejak tadi, mungkin karena hujan sangat deras sekali, sehungga kendaraan tidak ada yang lewat. Jadi Salma terpaksa harus berjalan kaki. Salma takut, hujan juga deras, jalan pun sepi dan kendaraan puntiada yang lewat. Tadi mengenai jawaban Kakek begini Ibu, bahwa Kakek sudah menemukan Guru untuk Desa ini. Kata Kakek hari ini Guru itu akan datang ke Desa ini dan besok dia sudah bisa mulai mengajar sekolah di Desa ini. Mungkin dia masih alam perjalanan. Kata Kakek, Guru itu baik dan dia lulusan dari Universitas A-Azhar Kairo, Mesir”.
“Subhanallah…...syukurlah kalau begitu. Kita telah menemukan Guru pengganti Almarhum Pak. Rohim sementara, untuk mengajar di Desa kita. Setelah ini bantu Ibu di dapur, menyiapkan hidangan untuk Guru yang akan datang sebentar lagi”.
Suara adzan menggema dengan indahnya. Lantunan ayat suci Al-quran terlantun dengan nikmatnya, hingga menyentuh dalam relung-relung jiwa.
“Tok…Tok…Tok…, Assalamualaikum….”
“Segera kau buka pintunya Salma. biar Ibu mengajari yang mengajari adikmu mengaji”.
Salma pun bergegas menuju ruang tamu dan membuka pintu.
“Walaikum Salam…. Iya sebentar….”
“Ini benar kediaman Ibu Aisyah? Sepertinya… aku pernah melihat anda sebelumnya?”.
Serentak Ibu datangmenghampiri Salma yang telah membuka pintu itu.
“Benarkah anda Guru mengaji pengganti Almarhum Pak. Rohim yang akan mengajar di Desa kami?”.
“Benar Bu, perkenalkan nama saya Hasan Ali. Saya Guru yang akan mengajar di Desa ini…”.
“Silahkan Nak, duduk. Loh Salma, Kenapa bengong saja. Cepat buatkan minumanuntuk Guru Hasan Ali. Oh iya Nak, untuk sementara kamu bermalam di rumah kami. Besok kami akan mengantar kamu ke tempat tinggal kamu yang sudah disediakan oleh pihak sekolah yangtidak jauh dari sekolah tempat mengajarmu. Nah, ini minumnya…silhkan nak, sambil diseduh mumpung tehnya masih hangat. Sebentar ya, Ibu ke dapur sebentar.Kau pasti sangat lapar sekali, perjalanan lumayan jauh juga”.
“Tunggu, kau bukannya gadis ysng kehujanan di bawah pohon tadi bukan?”
“Iya, Nama saya Salma. Maaf ya, atas kejadian tadi. Saya tidak tahu. Kalau anda ini Guru Hasan Ali yang akan mengajar di Desa ini”.
“Oh, tidak apa-apa Mbak Salma….”.
“Maaf ya nak, agak lama ke dapurnya. Ayo, silahkan. Sejak tadi makanan ini sudah dipersiapkan untuk tamu special lho…hehehe”
Hati kian menjelma dalam bayang-bayang gadis berkrudung merah itu, Salma. Kekuatan cinta ini begitu terpendam dalam lubuk hati yang paling dalam. Derasnya hujan kali ini, begitu mengingatkan tentang dirinya dan kepribadiannya yang begitu menawan hati ini. Ketika hujan itu mengguyur bumi, maka yang ada difikiran ini hanya teringat akan dirinya dan sosoknya.
Hasan Ali telah lama mengajar di DesaSalma. Dia hamper selesai mengajar di Desa Salma. Karena Hasan Ali diminta agar mengajar selama 3 tahun saja. Namun, semakin lama semakin dekat saja hubungan kekeluargaan Hsan Ali dengan penduduk Desa tempat mengajarnya tersebut, yang seolah-olah pertama kali dia anggap biasa saja, tiada yag istimewa. Namun, siapa sangka hati Hasan Ali telah tertawan oleh cintanya pada Salma, gadis yang berkrudung anggun itu.
Salma merupakan putri dari kepala sekolah tempat mengajar Hasan Ali. Ibu Salma, Aisyah merupakan istri kepala sekolah sangat baik dan begitu ramah, seperti Ibu kandungnya sendiri.
Ada yang aneh memang dengan dirinya dan Salma. Senyuman Salma kepadanya, seolah-olah tak mau dia melewatkan senyuman indah itu begitu saja. Ada harapan indah dalam dirinya dan Salma.
Sepertiga malam dengan hamparan sajadah, menjadi tempat untuk berteduh dan mengadu segala curahan hati yang terselubung kuat dalam sudut-sudut hati. Ada rasa yang terbang dalam hati Hasan Ali tentang cintanya yang begitu kuat pada diri Salma. Namun, dia masih bingungharus memulai dari mana mengenai keseriusannya untuk menikahi gadis yang dism-diam begitu dia kagumi, seorang gadis yang telah membuat hatinya tertawan dan ingin segera menawan gadis pujaannya tersebut.
“Dik Salma, kau akan mengajar?”
“Iya Mas Hasan. Ada apa Mas?”
“Tidak ada apa-apa. Mas cuman meminta ma’af, mungkin selama Mas mengajar di sekolah Bapakmu ini, banyak kesalahan yang ada pada diri Mas. Sekali lagi, Mas meminta ma’af. Tidak berarti apa-apa selama Mas mengajar di sini….”.
“Mas jangan berkata seperti itu. Kami justru sangat bersyukurdan bahagia sekali Mas Hasan mengajar di Desa ini dengan sangat ikhlas. Apalagi Ibu dan Bapak mereka sangat bangga dengan Mas….”.
Perkataan Salma, serentak membuat jantungnya berdegup sangat kencang. Sepertinya ada magnet yang menempel dalam diri Hasan. Hasan Nampak begitu gugup, tidak dapat berkata apa-apa. Hasan hanya tersenyum pada Salma, gadis yang ternyata diam-diam telah melumpuhkan hatinya tersebut.
***
Hujan tiada henti-hentinya mengguyur bumi dengan derasnya. Awan pun seolah-olah tersenyum indah menyaksikan janji suci dua insan untuk hidup bersama sampai maut memisahkan. Dia Hasan Ali dan Salma Faridha yang merupaka gadis yang sejak dulu ia kagumi. Hujan itu selalu mengingatkanakan cintanya pada Salma, bahkan Allah telah mencatat di Lauhil Makhfud-Nya sesuatu yang indah bagi setiap hamba-Nya. Akad nikah Hasan dan Salma dilangsungkan di Masjid Baiturrahim, tidak jauh dari rumah Salma. Akad nikah pun terasa indah, dengan tetesan hujan yang begitu terasa nikmatt dengan cinta Fillah yang tersentuh dengan nikmatnya guyuran hujan yang begitu luar biasa. Balutan cinta terlontar dalam bait-bait dinginnya hujan penuh pesona. Hujan terus mengguyur bumi dimalam yang begitu indah ini, malam yang begitu nikmat dengan genggam cinta, kasihnya.

No comments:

Post a Comment