Bermetodekan Mengamati, Mendokumentasi, Memetakan, dan Menarasikan
Thursday, March 17, 2016
250 Perihal Guru dan Pengelolaan Kelas
Semasa sekolah pernah ngga sih, ada salah satu teman kalian yang mengeluh dengan suasana kelas yang tidak kondusif atau ada beberapa guru yang tidak mampu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang proses belajar kalian? Kebayangkan bagaimana rasanya jika kelas yang seharusnya mampu membuat kita nyaman atau bahkan membuat kita semangat dalam menuntut ilmu justru berbalik membuat kita rasanya ingin kabur dari kelas. Bahkan bukan hanya faktor itu saja yang menjadi batu sandungan keberhasilan proses belajar dalam kelas. Namun yang akan kita bahas kali ini bukan tentang apa saja faktor penghambat proses belajar di dalam kelas yah teman-teman, kita akan lebih memfokuskan dengan guru yang jabatannya sebagai pendidik dengan keberhasilannya dalam mengelola kelas. Karena peran guru dalam keberhasilan belajar siswa memiliki poin penting dibandingkan dengan faktor lainnya. Sebagai siswa yang akan menimba ilmu tentunya memiliki seorang guru yang ramah, sabar serta telaten dalam memberikan pelajaran merupakan sesuatu yang diharapkan, bukan?. Namun pada kenyataanya kita sering menjumpai guru dengan karakter yang menurut kita kurang tepat jika beliau menyandang predikat pendidik. Misalnya saja seorang guru yang memiliki sifat keras terhadap siswanya atau dalam peram mungkin beliau bisa disebut antagonis, atau guru yang saat dikelas lebih dominan memberikan tugas kemudian beliau duduk, membaca koran atau memainkan gadgetnya tanpa mempedulikan kegaduhan kelas.
Dari pengalaman saya saat sekolah, menjumpai guru dengan karakter diatas tentunya memiliki dampak bagi kelancaran proses belajar dikelas, bagaimana tidak? Seorang guru yang dijuluki sebagai orang tua disekolah seharusnya mampu mendidik anaknya dalam artian siswanya dengan penuh ketelatenan dan kesabaran serta keikhlasan dalam memberikan pelajaran bukan justru berperan layaknya ibu tiri yang ditakuti dalam sinetron-sinetron. Bagi guru, mendidik siswa dengan banyak karakter tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Namun tidak banyak siswa yang mengerti akan hal itu, karena yang difikirkan hanya bagaimana dia dapat belajar dengan baik di kelas dan ditunjang guru yang siap memberikan pelajaran dengan keprofesionalannya. Jika siswa sudah memiliki pemikiran demikian tadi maka tidak heran manakala guru yang memberikan pelajaran tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka siswa akan sulit merespon yang disampaikan guru tersebut dan bisa saja siswa meninggalkan kelas. Hal tersebut tentu sangat tidak diharapkan pihak sekolah manapun karena selain merugikan untuk siswa tersebut ini juga akan berdampak pada penilaian masyarakat terhadap sekolah itu. Ini tidak lantas membuat semua pihak menyalahkan guru tersebut karena keberhasilan proses belajar dalam kelas bukan hanya ditentukan oleh seorang guru tetapi ada pihak-pihak lain yang harus bersinergi dengan pihak guru diantaranya siswa itu sendiri.
Jika hal diatas terjadi disalah satu sekolah, apakah itu berarti guru tersebut gagal dalam mengelola kelas? Lalu bagaimana seharusnya suasana kelas itu agar dapat menciptakan nuansa yang membangkitkan semangat siswa dalam belajar dan menimba ilmu? Jika diteorikan mungkin mudah, pendidik dan peserta didik harus menjalankan hak dan kewajibannya secara baik yaitu pendidik yang memberikan pendidikannya secara profesional serta peserta didik yang bersedia dibimbing atau diarahkan dengan baik oleh pendidik. Namun pada penerapannya sangatlah sulit. Semua komponen haruslah saling mendukung namun jika salah satu komponen berusaha menjadi penghalang kesuksesan dalam kelas maka keberhasilan kelas masih diragukan. Sekarang coba kita menengok kebelakang, mengingat kembali bagaimana kelas kalian dulu? Apakah sudah dapat dikategorikan sukses dengan kamu selalu merasa ingin berada didalam kelas bersama teman-teman yang selalu ingin belajar dan belajar bersama guru kamu? karena bukan hanya guru saja menjadi faktor keberhasilan kelas, siswapun berperan penting dalam pengelolaan kelas agar tercipta keberhasilan dalam proses belajar.
Dari apa yang sudah kita bahas, lalu sebenarnya bagaimana seorang guru harus bersikap selayaknya seorang pendidik? Berdasarkan buku profesi keguruan karangan Prof.Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M.Sc menyatakan bahwa seorang guru atau pendidik harus memiliki dan mengembangkan sikap profesional dengan cara meningkatkan penhetahuan, sikap, dan keterampilan secara terus menerus.Di dalam buku ini juga menjelaskan bagaimana guru harus bersikap terhadap anak didiknya seperti yang menjadi semboyan dalam pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani yang memiliki arti bahea pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapt memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Tugas ini tentunya tidak mudah karena guru yang sejatinya menjadi orang tua disekolah harus mampu mencerdaskan bukan hanya dalam hal intelektualnya tetapi juga dalam sikap dan perilakunya. Seorang guru memang mengemban tugas yang berat maka tidak heran jika mereka dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa.
Dari keseluruhan yang sudah kita bahas maka kita dapat menyimpulkan bahwa keberhasilan proses belajar ditunjang bukan hanya dari pihak guru saja tetapi siswa juga memiliki peran yang penting. Mengapa keberhasilan atau pngelolaan kelas perlu kita bahas karena ini penting untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam menerima pelajaran dari guru serta meningkatkan prestasi siswa. Mengingat profesi guru tidaklah mudah maka sebagai anak didiknya kita patut menghormati dan menghargai beliau. Selama tidak menyalahgunakan profesimya sebagai pendidik maka kita wajib mematuhinya. Dalam pendidikan tidak ada yang namanya saling menyalahkan tetapi yang ada justru saling mendukung demi terciptanya pendidikan dengan kualitas terbaik.
*) Tipah Apriyani
150401080008
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Kanjuruhan
Malang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment