Thursday, March 10, 2016

244 Bapak Mading Itu Idolaku



     Tidak bisa dipungkiri masa sekolah adalah masa dengan berjuta pengalaman. Dari mulai putih merah, putih biru sampai putih abu-abu,tentunya memiliki kesan yang berbeda-beda dan yang pasti sulit untuk dilupakan atau bahkan pengalaman tersebut tidak akan terulang dimasa yang lain. Kali ini saya tidak akan banyak menceritakan apa saja kesan yang saya dapatkan dibangku SD atau SMA, karena saya ingin sedikit berbagi kisah dimasa putih biru, dimana banyak orang mengatakan masa putih biru adalah masa pencarian jati diri, tidak sedikit pula yang mengatakan masa putih biru adalah masa dimana remaja sedang nakal-nakalnya. Mungkin karena umur yang mulai menginjak belasan tahun alias masa puber sehingga banyak orang mengatakan masa nakal-nakalnya karena diumur belasan ini lah mulai timbul rasa penasaran yang akhirnya membuat remaja ingin selalu mencoba hal baru. Saya pun membenarkan pendapat ini, dibangku SMP ini lah saya banyak menjumpai hal baru yang belum pernah saya temui dibangku SD. Hobi membaca yang sejak kecil saya tekuni kini merasa terpuaskan dengan adanya perpustakaan sekolah yang tentunya memiliki bangunan yang lebih besar dari perpustakaan sewaktu SD dulu, dan yang pasti perpustakaan ini memiliki lebih banyak ragam buku bacaan dengan jumlah yang banyak pula. Hal ini membuat saya ketagihan untuk menyambangi perpustakaan saat jam istirahat, ini membuat kartu perpustakaan saya penuh dengan catatan izin meminjam buku. Bukan hanya itu saja, disekolah ini juga saya lebih mengenal apa itu organisasi sampai pada akhirnya saya menemukan organisasi yang tepat dengan diri saya.
     Menginjak kelas delapan, saya mulai memiliki mata pelajaran yang saya sukai yaitu pelajaran bahasa Indonesia. Ini berawal saat saya bertemu dengan seorang guru bernama Khaerul Tavip, beliau guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Sewaktu kelas tujuh, saya sering mengdengar cerita tentang beliau terlebih sistem pengajarannya, beliau dikenal sebagai guru yang disiplin waktu dan keaktifan dalam kelaspun menjadi nilai penting dalam proses pengajaran, beliau pun sangat rajin dalam hal memberikan tugas kepada siswanya. Dari sekelumit yang saya dengar tadi membuat kesan pertama saya dengan beliau dibumbui dengan rasa cemas dan takut karena kelas saya dikenal dengan ketidak kompakannya dan permasalah-permasalahan yang ada dalam kelas. Dan semua bayang-bayang kecemasan itu hilang seketika saat beliau mulai memberikan pelajaran dikelas saya, beliau tipe guru yang sangat menyenangkan dan sangat ramah terhadap siswanya. Yah, ini lah awal saya menggemari pelajaran bahasa Indonesia sampai saat ini dan bukan hanya itu saja, sampai sekarang beliau sosok guru yang saya idolakan serta menjadi panutan saya.
     Menjadikan seseorang sebagai sosok yang diidolakan tentunya membuat setiap pengalaman bersama beliau menjadi sesuatu yang selalu mengesankan. Pun saat beliau menjadi pembina mading dan meminta saya menjadi bagian dari redaksi mading serta meminta saya untuk merekrut teman-teman agar bergabung dalam organisasi ini dan mulai menghidupkan mading sekolah yang sebelumnya telah vakum. Dengan rasa tidak percaya diri saya memberanikan untuk bergabung dengan mading, beliau meyakinkan bahwa setiap dari kita bisa menulis dan mempunyai potensi untuk menjadi penulis. Semenjak itulah mading sekolah menjadi hidup kembali serta banyak pula siswa yang mengirimkan karyanya untuk kami seleksi dan ditayangkn dimading sekolah, perjalanan ini memang tidak sesingkat yang saya ceritakan namun setiap kesulitan yang kita hadapi menjadikan pengalaman yang tidak terlupakan. Pernah suatu hari saat saya kelas sembilan beliau meninggalkan kelas karena pada saat itu keadaan kelas saya tidak kondusif, ketua kelas yang seharusnya mewakili untuk menemui beliau dan meminta maaf justru menyuruh saya dan teman sebangku saya yang sama-sama menjadi redaksi mading untuk mewakili kelas. Dengan alasan kami lebih mengenal dekat dengan pak Khaerul lalu teman sekelas mendorong saya untuk menemui beliau. Singkat cerita, beliaupun akhirnya memaafkan kesalahan kami dan bersedia untuk masuk kelas kami.
     Dari awal saya mengenalnya,beliau merupakan sosok yang disiplin dalam hal waktu ini ini terbukti dengan beliau yang tidak pernah masuk terlambat tidak jarang pula beliau masuk kelas lima menit sebelum bel masuk berbunyi bisa dibayangkan bagaimana suasana kelas saat itu, sepi dan belum banyak siswa yang datang. Setiap pelajaran selesai beliau selalu mengamanatkan kami beberapa tugas yang harus dikerjakan. Kurang lebih dua tahun beliau mengajar pelajaran bahasa Indonesia dikelas saya, namun beliau telah mampu mengubah saya menjadi siswa yang lebih aktif dan berani mengekspresikan setiap pengalaman dalam sebuah tulisan. Hal ini membuat saya dan tim mading tidak mampu menahan tangis saat beliau secara pribadi menyampaikan bahwa beberapa minggu lagi beliau akan pindah tugas.
     Sekitar tiga bulan lagi saya akan menghadapi UN dan beliau menyampaikan akan pindah tugas, dan ini membuat saya selalu meneteskan airmata saat bertemu beliau bahkan saat mengajarpun terkadang saya dan teman sebangku justru menangis bukan malah menyimak pelajarannya. Rasanya beliau hanya menemani proses kamj tanpa ikut melihat hasil dari proses kami belajar bersama beliau. Setiap ada pertemuan dengan organisasi beliau lebih banyak menyampaikan amanat yang harus kami jalankan terlebih untuk mading sekolah, dan kami hanya mampu menitihkan airmata. Sosok guru yang saya idolakan dengan segala kelebihan yang beliau miliki serta sistem pengajaran beliau yang berpedoman santai tapi pasti selalu menginspirasi saya jika kelak saya menjadi guru saya ingin seperti beliau.

*) Tipah Apriyani
150401080008
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Kanjuruhan
Malang

No comments:

Post a Comment