Bermetodekan Mengamati, Mendokumentasi, Memetakan, dan Menarasikan
Monday, March 28, 2016
253 Mendalami Struktur Penilaian Kinerja Guru
Salah satu konsekuensi bahwa guru adalah profesi maka guru perlu diuji keprofesionalannya. Cara untuk menguji ialah melakukan penilaian kinerja guru.
Berikut pandangan analisis terhadap penilaian kinerja guru. Struktur Penilaian Kinerja Guru terdiri dari Indikator, Sub-Indikator dan Rubrik.
Ada 14 Indikator yang nantinya dikorelasikan dengan sub-indikator dan rubrik.
Adapun indikator tersebut afalah sebagai berikut :
1) menguasai karakteristik peserta didik
2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang mendidik
3) pengembangan kurikulum
4) kegiatan belajar yang mendidik
5) pengembangan potensi peserta didik
6) komunikasi dengan peserta didik
7) penilaian dan evaluasi
8) bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional
9) menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
10) etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi seorang guru
11) bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif
12) komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidik, orang tua peserta didik, dan masyarakat
13) penguasaan materi, struktur, konsep fan pola pikir keilmuwanyang mendukung mata pelajaran yang diampu
14) pengembangan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif
Guru dalam aktifitas melekat dalam tiga wilayah. Ketiga wilayah itu ialah Lingkungan Sosial, Peserta Didik dan Diri Guru.
Guru dalam aktifitas tidak hanya didalam kelas semata melainkan juga diluar kelas, baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat dan kemasyarakatan.
Guru dalam aktifitasnya memiliki keterikatan dengan peserta didik. Maka guru perlu memperhatikan tumbuh kembang peserta didik, guru perlu memikirkan pendekatan secara individu juga menjalin komunikasi dengan orang tua murid.
Guru dalam aktivitasnya juga memperhatikan kemajuan dan perkembangan diri sendiri. Guru wajib memperhatikan sisi pengembangan diri sendiri dalam bidang akademik maupun non akademik.
Untuk memperjelas Guru beraktifitas dengan ketiga wilayah yang dipertajam dalam sub-indikator dan rubrik berikut ini.
Guru dengan Lingkungan Sosial terdapat dalam indikator :
3) pengembangan kurikulum (indikator ini dipertajam dalam 4 sub-indikator dan 13 rubrik)
8) bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional (indikator ini dipertajam dalam 5 sub-indikator dan 5 rubrik)
12) komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidik, orang tua peserta didik, dan masyarakat (indikator ini dipertajam dalam 3 sub-indikator dan 4 rubrik)
Melalui data diatas Guru dengan Lingkungan Sosial dibahas dalam 3 indikator dan dipertajam dalam 12 sub-indikator dan 22 rubrik.
Guru dengan Peserta Didik terdapat dalam indikator :
1) menguasai karakteristik peserta didik (indikator ini dipertajam dalam 6 sub-indikator dan 6 sub-indikator dan 17 rubrik)
2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang mendidik (indikator ini dipertajam dalam 6 sub-indikator dan 11 indikator)
4) kegiatan belajar yang mendidik (indikator ini dipertajam dalam 11 sub-indikator dan 16 rubrik)
5) pengembangan potensi peserta didik (indikator ini dipertajam dalam 7 sub-indikator dan 14 rubrik)
6) komunikasi dengan peserta didik (indikator ini dipertajam dalam 6 sub-indikator dan 14 rubrik)
7) penilaian dan evaluasi (indikator ini dipertajam dalam 5 sub-indikator dan 5 rubrik)
11) bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif (indikator ini dipertajam dalam 3 sub-indikator dan 9 rubrik)
Maka dari diatas didapatkan data tujuh indikator dipertajam dalam 44 sub-indikator dan 86 rubrik.
Guru dengan Diri Guru terdapat dalam indikator :
9) menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan (indikator inindipertajam dalam 5 sub-indikator dan 7 rubrik)
10) etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi seorang guru (indikator ini dipertajam dalam 8 sub-indikator dan 20 rubrik)
13) penguasaan materi, struktur, konsep fan pola pikir keilmuwanyang mendukung mata pelajaran yang diampu (indikator ini dipertajam dalam 3 sub-indikator dan 4 rubrik)
14) pengembangan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif (indikator ini dipertajam 6 sub-indikator dan 11 rubrik)
Maka Guru dengan Diri Sendiri dibahas dalam 4 indikator dipertajam dalam 22 sub-indikator dan 42 rubrik.
Untuk memperoleh gambaran konstruksi Penilaian Kinerja Guru dapat dibuat dalam 3 diagram beserta prosentase pembagian wilayah Guru dengan Lingkungan Sosial, Guru dengan Peserta Didik dan Guru dengan Diri Guru.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Kesimpulan
1. Prosentase terbesar adalah Guru dengan Peserta Didik akibat positifnya peserta Didik mendapat bagian terbanyak dalam perhatian Guru, akibat negatifnya Guru terasing dengan lingkungan sosial terlebih dirinya sendiri.
2. Prosentase terkecil adalah Guru dengan Lingkungan Sosial akibat positifnya guru bagian terbesar dirinya untuk sekolah dan peserta didik, akibat negatifnya guru terasing dengan lingkungan sosial dimana dia berada dan hidup.
3. Berdasar prosentase nampak jelas bahwa guru kurang banyak waktu untuk diri sendiri, akibatnya guru merasa asing dengan diri sendiri dan akhirnya guru tidak mengenal diri sendiri.
Itulah beberapa pandangan tentang penilaian kinerja guru. Semoga bermanfaat bagi siapa pun.
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Monday, March 21, 2016
252 Catatan Kritis Rubrik Penilaian Kinerja Guru / Matpel
Musim penilaian kinerja guru sedang berjalan. Tidak sedikit guru mengalami demam. Demam bukan karena begitu ribet kelengkapan administrasi tetapi ada jeritan tak bersuara dari guru.
Demam Administrasi
Sebab demam secara admibistrasi disebabkan oleh indikator penilaiannya begitu mengerikan. Ada empatbelas indikator, perhatikan hal berikut ini:
1) menguasai karakteristik peserta didik
2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang mendidik
3) pengembangan kurikulum
4) kegiatan belajar yang mendidik
5) pengembangan potensi peserta didik
6) komunikasi dengan peserta didik
7) penilaian dan evaluasi
8) bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional
9) menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
10) etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi seorang guru
11) bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif
12) komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidik, orang tua peserta didik, dan masyarakat
13) penguasaan materi, struktur, konsep fan pola pikir keilmuwanyang mendukung mata pelajaran yang diampu
14) pengembangan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif
Ada empat belas indikator penilaian Kinerja Guru, tiap indikator dibagi menjadi beberapa rubrik. Dari empat belas indikator dibagi dalam sub-indikator, minimal tiga sub-indikator dan paling banyak sebebelas sub-indikator.
Sub-indikator paling sedikit ialah Indikator Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif. Dari tiga sub-indikator, dua subjek penilaian, peserta didik; satu subjek penilaian, teman sejawat.
Sub-indikator paling sedikit, kedua ialah Indikator Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat. Dari ketiga sub-indikator memiliki cakupan luas yaitu menyampaikan informasi tentang peserta didik kepada orang tuanya, aktif pada kegiatan diluar persekolahan dan yang dilaksanakan oleh masyarakatan (bukti ikut serta), dan aktif kegiatan sosial kemasyarakatan (bukti keaktifan).
Sub-indikator paling sedikit ketiga ialah Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu. Terdiri atas, membuat pemetaan standar kompetensi, menyertakan informasi yang up to date, menyusun materi yang mutahir.
Tiga sub-indikator paling sedikit saja dapat terpetakan gambarannya guru ideal dalam hal penguasaan materi, partisipasi aktif di sekolah-masyarakat, penjaga pintu keadilan dalam penilaian peserta didik.
Itu yang paling sedikit, lalu bagaimana dengan sub-indikator paling banyak?
Indikator ini memiliki sebelas sub-indikator, Kegiatan belajar yang mendidik. Kesebelas sub-indikator ialah pembelajaran sesuai dengan RPP, PBM membantu belajar, mengkomunikasikan hal baru, menyikapi kesalahan peserta didik sebagai proses, PBM sesuai kurikulum dan dikaitkan dalam keseharian, pembelajaran bervariasi dalam waktu yang cukup, mengelola kelas secara efektif, mampu beradaptasi diri terhadap kondisi kelas, guru memberi kesempatan peserta didik bertanya-praktek-interaksi, PBM sistematis, dan guru menggunakan alat bantu mengajar.
Memetakan Rubrik
Berdasar empat belas Indikator Rubrik Penilaian Kinerja Guru dikelompokkan dalam tiga relasi, Relasi Guru dengan Peserta Didik, Relasi Guru dengan Lingkungan Sosial dan Relasi Guru dengan Guru (Diri).
Tiap kelompok memiliki irisan dengan dengan kelompok lain dan ketiga kelompok memiliki irisan yang sama.
Indikator penilaian kinerja Guru bersentuhan langsung terhadap peserta didik pada indikator nomor 1, 2, 4, 5, dan 6. Memiliki irisan pada indikator nomor 9, 11.
Indikator penilaian kinerja Guru beririsan dengan Lingkungan Sosial pada indikator nomor 8.
Indikator penilaian kinerja Guru langsung bersentuhan dengan diri sendiri ada pada indikator nomor 10, 13, dan 14.
Penilaian kinerja Guru memiliki irisan antara peserta didik dengan lingkungan sosial ada pada indikator nomor 8.
Dan ketiganya memiliki irisan yang sama ada pada indikator nomor 12.
Nampak jelas bahwa porsi terbanyak penilaian pada indikator guru terhadap peserta didik, lalu terbanyak kedua adalah guru terhadap dirinya sendiri. Sementara, indikator penilaian guru terhadap lingkungan sosial, sangat minim.
Artinya guru diminta agar banyak berorientasi pada peserta didik sementara guru mengambil jarak dengan lingkungan sosial. Ini sungguh memprihatinkan. Guru tercerabut dari lingkungan sosial, namun perbanyak waktu perhatianmu pada peserta didik. Sangat kontradiksi.
Ketika dihitung hitung indikator dan rubrik maka sungguh mengejutkan. Jumlah indikator penilaian kinerja ada sejumlah tujuh puluh delapan lalu ada seratus limapuluh rubrik.
Begitu menyesakkan bagi guru menyelesaikan tujuhpuluh delapan indikator masih ditambah menghadapi seratus limapuluh rubrik.
Dari gambaran dan uraian diatas nampak jelas bahwa Rubrik Penilaian Kinerja Guru mengarahkan Guru agar guru jadi pembentuk peserta didik satu-satunya.
Muncul pertanyaan, bagaimana guru mengambil porsi orang tua? Apa penjelasannya? Bagaimana guru berperan sebagai orang tua bagi anaknya?
Sungguh memilukan kinerja guru!
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Sunday, March 20, 2016
251 Guru (pun) Wajib Belajar!
Proses belajar mengajar adalah kegiataan interaksi guru memberikan pengajaran dan peserta didik menerima pengajaran
Sosok Guru merupakan pribadi strategis. Guru memiliki kemampuan menggerakkan, menumbuhkan atau mematikan peserta didik. Guru menghadapai berbagai karakter peserta didik.
Peserta didik memiliki berbagai elemen mental, psikologi, kinestetik, sosial, spiritual, intelektual, pola pikir. Proses belajar mengajar selain mempelajari ilmu pengetahuan juga menyentuh beberapa elemen diatas.
Proses belajar mengajar bertujuan mengerakan, menumbuhkan, mengembangkan elemen-elemen diatas, bukan sebaliknya, mematikan. Peserta didik bisa bergerak, bertumbuh, berkembang jika guru berkarakter dinamis. Tapi jika peserta didik tidak mengalami ketiga hal tersebut, maka guru tersebut berkarakter monoton.
Guru dan peserta didik akan dapat menentukan karakter pribadi.
Guru secara umum terbagi menjadi dua, Guru Dinamis dan Guru Monoton.
Pengajar Dinamis
1). Terus belajar hal baru
2). Memberi pandangan objektif
3). Memberi solusi alternatif
4). Peserta didik sebagai anggota tim
5). Saling melengkapi antara guru-peserta didik
6). Berpikir positif terhadap perubahan
7). Senang membuat peserta didik berhasil
Pengajar Monoton
1). Merasa ilmu pengetahuannya sudah cukup
2). Memberi pandangan secara subjektif
3). Menyudutkan terhadap tiap masalah
4). Peserta didik sebagai subordinat
5). Guru pelit terhadap ilmunya
6). Menutup diri terhadap peruperubahan.
7). Mempersulit peserta didik
Uraian diatas memberikan sedikit pencerahan bahwa yang mesti belajar bukan hanya peserta didik melainkan guru pun wajib belajar demi peserta didik terlebih pengembangan pribadi guru sendiri.
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Friday, March 18, 2016
250 Strategi Menjawab Soal UN
Ujian Nasional merupakan topik hangat beberpa minggu lalu dan menjadi topik panas. Panas karena membuat pihak terlibat langsung mengalami kekalutan.
Pihak guru mencari dan menggunakkan berbagai cara agar peserta didik dalam waktu singkat memahami dan tepat memilih jawaban soal UN. Tidak ketinggalan kepala sekolah pun merapatkan barisan dengan mengumpulkan guru mata pelajaran UN.
Kepala sekolah menghimbau kepada guru UN untuk "menyiapkan" peserta didik berhasil menjawab soal soal UN. Komunikasi intensif dilaksanakan antara kepala sekolah dengan guru. Apa kesulitan peserta didik, apa yang perlu ditambah agar berhasil UN tahun ini.
Kondisi peserta didik kelas XII saat ini mengalami tekanan batin, kekalutan, dan kehilangan percaya diri. Berdasar kemampuan peserta didik baik. Berdasar penyampaian materi lebih dari cukup. Kesehatan jasmani, baik. Lalu, apa persoalan peserta didik?
Otak kiri peserta didik menuju kepenuhan materi dan latian latian soal. Tekanan dari guru, sedikit ancaman jika nilai jelek oleh pihak sekolah. Tentu situasi berdampak pada kejiwaan dan psikologi.
Dampak kejiwaan secara kasat mata dapat dilihat dalam kelas, peserta didik berada pada tingkat stres, daya tahun tubuh menurun, sulit tidur, kalut, bingung dan mudah jatuh sakit.
Pola pikir bahwa soal soal UN sulit, nanti nikai UN jelek, tidak lulus UN, dan akhirnya mengulang UN banyak menghantui peserta didik. Memang secara ilmiah belum ada penelitian tentang dampak UN terhadap kejiwaan dan paikologis peserta didik.
Satu hal bahwa peserta didik lebih ditekankan pada sisi lemahnya, kurang ini, kurang itu, bukan digarap sisi keunggulannya. Hal ini membuat peserta didik minder, tidak berdaya terhadap soal. Peserta didik menjadi was was, khawatir. Setelah itu, pikiran kalut.
Materi yang sudah dipunyai latian soal hilang dalam sekejab. Berikutnya, tidak mampu membaca soal UN dengan cermat. Lalu, tidak mengerti apa yang dimaui soal UN. Jika sudah pada tahap tidam mengerti soal maka dipastikan sulit menentukan pilihan jawaban yang tepat.
Maka perlu membangun pola pikir bahwa perlu pendekatan pentingnya memahami soal, pentingnya membangun kesadaran bahwa "aku bisa mengerjakan soal dengan baik."
Guru lebih mementingkan menambah menambah latian soal semata tanpa memberi refleksi mendalam kepada peserta didik. Guru hanya menyampaikan nilaimu naik, nilaimu turun. Tidak membangun kesadaran kamu lebih mampu dari soal, kamu bisa mengendalikan soal.
Guru perlu melatih pola pikir pendekatan terhadap soal. Pendekatan soal artinya melatih mengupas soal secara runtut, tajam dan akurat. Sehingga peserta didik tidak hanya sekedar menjawab soal saja melainkan mengedepankan pola pikir strategis.
Sosiologi merupakan mata pelajaran berlabelkan sulit bagi peserta didik. Materinya susah dipahami, soalnya sulit dikerjakan, pilihan jawaban mirip-mirip. Label label tersebut tidak salah, tapi ada cara untuk melakukan pendekatan terhadap soal UN.
Cara pendekatan dengan melatih pola pikir sebagai berikut :
1. Baca soal secara seksama dan akurat
Soal UN berjumlah 50 nomor. Kebiasaan mengengerjakan soal, langsung tancap gas, menjawab soal soal. Tapi dampaknya energi makin berkurang saat nomor soal 30 ke atas. Maka soal 31-50 energi makin menurun. Dan, sikapnya kalang kabut. Untuk itu, baca soal nomor 1-50 terlebih dahulu. Sambil membaca, tiap nomor diberi penilaian,... Soal sulit, sedang, dan mudah. Jika sudah selesai membaca semua soal. Baca ulang dengan melakukan sesuai nomor dua.
2. Carilah Kata Kunci
Saat membaca soal secara seksama dan cermat temukan kata kata atau kalimat kunci dalam soal tersebut. Tiap soal pasti ada kata kunci yang bisa membantu memahami soal. Memang tidak selalu kata tapi juga bisa berbentuk kalimat. Jika dalam sudah ditemukan kata kunci maka katankunci tersebut membantu melakukan tahapan selanjutnya.
3. Tentukan Pokok Bahasan
Penemuan kata kunci mempermudan ingatan pada pokok bahasan atau materi. Kata kunci tersebut termasuk dalam pokok bahasan kelas X, XI atau XII. Setelah ketemu pokok bahasan kelasnya disambung ke materi yang mana dari kelas tersebut. Jika sudah ditemukan materinya sampailah pada tahap ....
4. Yang Ditanyakan
Tahap ini peserta didik perlu membaca dengan cermat tentang yang menjadi pertanyaan atau yang ditanyakan. Tahap ini penting agar pola pikir bisa diarahkan untuk menentukan yang dimau, yang diinginkan soal ini apa. Maka tahap berikut ini...
5. Memilah Jawaban
Tahap memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangannya ialah menwntukan pilihan jawaban dari pilihan A, B C, D, dan E. Pilihannya secara umum mirip mirip. Maka perlu cara untuk mempermudah cara berpikirnya. Caranya dari tersedia tentukan pilihan jawaban yang tidak ada hubungannya. Jika sudah ketemu, dicoret. Lalu, tentu dua pilihan yang memiliki kedekatan dengan pertanyaan. Dari kedua pilihan jawaban lakukan tahapan akhir...
6. Menentukan Pilihan Jawaban
Dari uraian proses berpikir diatas sesungguhnya peserta didik diajak dan dilatih berpikir metodis sistematis. Proses berpikir tersebut tidak hanya meletakkan dasar menjawab soal UN semata tetapi pola pikir tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Sangat disayangkan jika energi pola pikir generasi bangsa hanya dipakai untuk memilih jawaban soal soal UN.
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Thursday, March 17, 2016
249 Pendidik Impian Masa Depan
Tiga ruang kelas, satu lab bahasa, dan satu ruang guru serta kepala sekolah. Madrasah swasta yang kecil dengan tenaga pendidik yang minim tidaklah menjadi kendala untuk berprestasi. Pada tahun ajaran kali itu jumlah siswa yang mendaftar sangatlah memprihatinkan, hanya 15 orang siswa di kelasku termasuk aku. Entahlah.. banyak orang tua yang enggan menyekolahkan anak-anak mereka ke Madarasah. Berbeda dengan orang tuaku yang sedikit memaksa aku untuk bersekolah di Madrasah, selain lebih banyak mendapat ilmu agama, orang tua ku juga kurang mampu untuk menyekolahkan aku ke sekolah Negeri dengan biaya yang terbilang mahal bagi kami. Namun, tak ku sesali karena ternyata di sekolah yang kecil dengan segala fasilitas yang terbatas itulah aku meraih puncak prestasi akademik ku.
Yaa.. prestasiku memang terlihat sejak aku duduk di kelas VII. Prestasi yang aku katakan bukanlah karena jumlah siswa di kelas ku yang sangat sedikit. Justru persaingan kami di kelas itu sangat bagus, nilai antar siswa pun tidak terpaut terlalu jauh dan dapat dikatakan bahwa kemampuan kami tidak kalah dengan sekolah-sekolah di luar sana. Matematika. Aku jatuh cinta dengan rumus-rumus matematika. Tentu beralasan kenapa aku sangat menggemari Matematika. Bpk. Sutikno, sosok sederhana yang berpenampilan layaknya tukang kebun itu adalah kesiswaan sekaligus guru Matematika satu-satunya di sekolah kecil tersebut. Guru yang membuat aku jatuh cinta kepada Matematika itu sangat special bagiku bahkan bagi kami satu kelas.
Jika ditanya, apa yang membuat aku terkesan kepada beliau?. Jawabku “sangat banyak”. Dengan jabatan yang terhitung penting di sekolah, tapi beliau tidak canggung untuk berperan sebagai tukang kebun kerena sekolah sekecil itu tidak mampu membayar orang hanya untuk bersih-bersih sekolah yang luasnya juga tak seberapa. Telaten, sabar dan disiplin itulah beliau. Pernah suatu ketika aku di hukum tidak boleh masuk kelas dan berdiri dengan satu kaki di halaman sekolah hanya karena aku tidak memotong kuku,hehee... tetapi kejadian itu membuatku kapok.
Kebanyakan guru Matematika yang aku ketahui selalu menyampaikan materi di dalam kelas dengan penuh keseriusan yang membosankan. Sosok sederhana ini malah sering mengajak anak didiknya belajar di luar kelas seperti yang sering guru bahasa indonesia lakukan. Kekreatifan beliau tidak berhenti disitu. Rumus Matematika yang jika dilihat saja sudah membuat pusing kepala akan mudah di ingat ketika rumus-rumus rumit tersebut berada dalam gambar yang menarik. Seperti dimasukkan ke dalam gambar struktur tubuh manusia, kepala manusia digambar dengan bentuk bulat di dalam tertulis rumus volume bola, bagian telinga dengan bentuk segi tiga yang mengandung rumus luas dan seterusnya. Begitulah cara yang beliau agar rumus yang sulit dan membosankan menjadi hal yang menarik serta mudah dipelajari.
Di sekolah kecil itu aku banyak belajar. Tidak hanya pelajaran pada umumnya dan pengajaran keagamaan yang ketat akan tetapi juga bekal jika nantinya aku akan seperti mereka “pendidik”. Ketulusan dan keikhlasan haruslah tertanam dalam diri seorang pendidik. Seperti mereka guruku, yang setiap hari menempuh perjalanan 2-4km sama dengan kami. Mereka berjalan setiap hari demi mencerdaskan anak bangsa dengan upah yang tak seberapa. Hanya 3orang guru yang memiliki motor untuk transportasi, bahkan kepala sekolah kami pun menempuh perjalanan dengan jalan kaki.
Indah tak harus megah, berilmu belum tentu bermutu
“Dimanapun dan di tempat seperti apapun kita menempuh ilmu akan kembali pada diri kita sendiri dan sebaik baik ilmu adalah ilmu yang bermanfaat untuk orang lain”
*) AYU WULANDARI (120401080041)
Mahasiswa Universitas Kanjuruhan
Malang
250 Perihal Guru dan Pengelolaan Kelas
Semasa sekolah pernah ngga sih, ada salah satu teman kalian yang mengeluh dengan suasana kelas yang tidak kondusif atau ada beberapa guru yang tidak mampu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang proses belajar kalian? Kebayangkan bagaimana rasanya jika kelas yang seharusnya mampu membuat kita nyaman atau bahkan membuat kita semangat dalam menuntut ilmu justru berbalik membuat kita rasanya ingin kabur dari kelas. Bahkan bukan hanya faktor itu saja yang menjadi batu sandungan keberhasilan proses belajar dalam kelas. Namun yang akan kita bahas kali ini bukan tentang apa saja faktor penghambat proses belajar di dalam kelas yah teman-teman, kita akan lebih memfokuskan dengan guru yang jabatannya sebagai pendidik dengan keberhasilannya dalam mengelola kelas. Karena peran guru dalam keberhasilan belajar siswa memiliki poin penting dibandingkan dengan faktor lainnya. Sebagai siswa yang akan menimba ilmu tentunya memiliki seorang guru yang ramah, sabar serta telaten dalam memberikan pelajaran merupakan sesuatu yang diharapkan, bukan?. Namun pada kenyataanya kita sering menjumpai guru dengan karakter yang menurut kita kurang tepat jika beliau menyandang predikat pendidik. Misalnya saja seorang guru yang memiliki sifat keras terhadap siswanya atau dalam peram mungkin beliau bisa disebut antagonis, atau guru yang saat dikelas lebih dominan memberikan tugas kemudian beliau duduk, membaca koran atau memainkan gadgetnya tanpa mempedulikan kegaduhan kelas.
Dari pengalaman saya saat sekolah, menjumpai guru dengan karakter diatas tentunya memiliki dampak bagi kelancaran proses belajar dikelas, bagaimana tidak? Seorang guru yang dijuluki sebagai orang tua disekolah seharusnya mampu mendidik anaknya dalam artian siswanya dengan penuh ketelatenan dan kesabaran serta keikhlasan dalam memberikan pelajaran bukan justru berperan layaknya ibu tiri yang ditakuti dalam sinetron-sinetron. Bagi guru, mendidik siswa dengan banyak karakter tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Namun tidak banyak siswa yang mengerti akan hal itu, karena yang difikirkan hanya bagaimana dia dapat belajar dengan baik di kelas dan ditunjang guru yang siap memberikan pelajaran dengan keprofesionalannya. Jika siswa sudah memiliki pemikiran demikian tadi maka tidak heran manakala guru yang memberikan pelajaran tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka siswa akan sulit merespon yang disampaikan guru tersebut dan bisa saja siswa meninggalkan kelas. Hal tersebut tentu sangat tidak diharapkan pihak sekolah manapun karena selain merugikan untuk siswa tersebut ini juga akan berdampak pada penilaian masyarakat terhadap sekolah itu. Ini tidak lantas membuat semua pihak menyalahkan guru tersebut karena keberhasilan proses belajar dalam kelas bukan hanya ditentukan oleh seorang guru tetapi ada pihak-pihak lain yang harus bersinergi dengan pihak guru diantaranya siswa itu sendiri.
Jika hal diatas terjadi disalah satu sekolah, apakah itu berarti guru tersebut gagal dalam mengelola kelas? Lalu bagaimana seharusnya suasana kelas itu agar dapat menciptakan nuansa yang membangkitkan semangat siswa dalam belajar dan menimba ilmu? Jika diteorikan mungkin mudah, pendidik dan peserta didik harus menjalankan hak dan kewajibannya secara baik yaitu pendidik yang memberikan pendidikannya secara profesional serta peserta didik yang bersedia dibimbing atau diarahkan dengan baik oleh pendidik. Namun pada penerapannya sangatlah sulit. Semua komponen haruslah saling mendukung namun jika salah satu komponen berusaha menjadi penghalang kesuksesan dalam kelas maka keberhasilan kelas masih diragukan. Sekarang coba kita menengok kebelakang, mengingat kembali bagaimana kelas kalian dulu? Apakah sudah dapat dikategorikan sukses dengan kamu selalu merasa ingin berada didalam kelas bersama teman-teman yang selalu ingin belajar dan belajar bersama guru kamu? karena bukan hanya guru saja menjadi faktor keberhasilan kelas, siswapun berperan penting dalam pengelolaan kelas agar tercipta keberhasilan dalam proses belajar.
Dari apa yang sudah kita bahas, lalu sebenarnya bagaimana seorang guru harus bersikap selayaknya seorang pendidik? Berdasarkan buku profesi keguruan karangan Prof.Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M.Sc menyatakan bahwa seorang guru atau pendidik harus memiliki dan mengembangkan sikap profesional dengan cara meningkatkan penhetahuan, sikap, dan keterampilan secara terus menerus.Di dalam buku ini juga menjelaskan bagaimana guru harus bersikap terhadap anak didiknya seperti yang menjadi semboyan dalam pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani yang memiliki arti bahea pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapt memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Tugas ini tentunya tidak mudah karena guru yang sejatinya menjadi orang tua disekolah harus mampu mencerdaskan bukan hanya dalam hal intelektualnya tetapi juga dalam sikap dan perilakunya. Seorang guru memang mengemban tugas yang berat maka tidak heran jika mereka dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa.
Dari keseluruhan yang sudah kita bahas maka kita dapat menyimpulkan bahwa keberhasilan proses belajar ditunjang bukan hanya dari pihak guru saja tetapi siswa juga memiliki peran yang penting. Mengapa keberhasilan atau pngelolaan kelas perlu kita bahas karena ini penting untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam menerima pelajaran dari guru serta meningkatkan prestasi siswa. Mengingat profesi guru tidaklah mudah maka sebagai anak didiknya kita patut menghormati dan menghargai beliau. Selama tidak menyalahgunakan profesimya sebagai pendidik maka kita wajib mematuhinya. Dalam pendidikan tidak ada yang namanya saling menyalahkan tetapi yang ada justru saling mendukung demi terciptanya pendidikan dengan kualitas terbaik.
*) Tipah Apriyani
150401080008
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Kanjuruhan
Malang
248 Memanfaatkan Kesempatan Dalam Kesempitan
Belajar bahasa asing, termasuk bahasa Inggris terkadang memang sulit karena bukan bahasa sehari-hari. Banyak siswa yang "takut" akan mata pelajaran yang satu ini, terutama siswa SMP yang masih minin akan pengalaman berbahasa Inggris. Takut salah grammar, takut beda dengan buku dan sebagainya, itulah alasan yang sering dijumpai. Sehingga kegiatan belajar menjadi tidak nyaman. Sejatinya belajar bahasa asing merupakan hal yang menyenangkan jika kita merasa nyaman dan tidak takut salah.
Namun, kebanyakan guru tidak menerapkan sistem "enjoy" dalam belajar. Mereka, para guru menekankan siswa harus bisa berbahasa Inggris yang baik, tidak asal nyeplos. Hal tersebut sering membebani siswa, sehingga banyak siswa yang merasa kurang jika hanya belajar di kelas saja. Akhirnya para siswa banyak yang memilih pelajaran tambahan alias les di luar jam sekolah. Kebetulan pada saat itu guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris di kelas saya membuka les di rumahnya yang berjarak tidak jauh dari sekolah. Banyak teman-teman saya ataupun teman dari kelas lain yang mengikuti les tersebut. Hasilnya memang terlihat, nilai-nilai mereka naik menjadi rata-rata delapan dari yang sebelumnya kurang dari lima. Begitupun saat ulangan harian, siswa yang mengambil les sama sekali tidak ada yang remidi, sebaliknya siswa yang tidak les rata-rata harus remidi kecuali mereka yang dianugrahi otak cemerlang. Usut punya usut, ternyata siswa les tidak hanya mendapat latihan soal, tetapi juga mendapat soal ulangan harian yang akan diujikan keesokan harinya. Alhasil mereka mengerjakan ulangan harian tanpa hambatan karena sudah mempelajari soal di rumah dan nilai mereka pun hampir sempurna. Karena merasa kasihan, siswa les membocorkan soal ulangan kepada siswa tidak les agar sama-sama mendapat nilai bagus. Namun, kejadian tersebut tercium oleh guru bahasa Inggris tersebut selaku pemberi les. Akhirnya siswa les dilarang membocorkan soal ulangan kepada siswa tidak les. Larangan tersebut berbuah manis bagi guru tersebut. Siswa yg sebelumnya tidak les akhirnya turut les karena merasa kesulitan mengerjakan ulangan. Namun, ada beberapa siswa yang keukeuh tidak mau ikut les walaupun nilainya pas-pasan karena menganggap ikut les sama saja dengan membeli soal ulangan.
Fenomena tersebut seharusnya tidak boleh terjadi. Jika siswa tidak bisa dalam proses belajar maka guru harus membimbing siswa dengan sabar hingga siswa tersebut mengalami kemajuan. Guru harus mengutamakan kepentingan layanan di atas keuntungan pribadi. Karena jika seseorang memilih guru sebagai profesinya, maka seseorang harua siap mengabdi. Agar siswa bisa menangkap pelajaran dengan baik walau mata pepajarannya sulit, maka guru harua menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar, sesuai dengan kode etik guru Indonesia. Jika siswa memang lamban dalam hal menangkap pelajaran, guru boleh saja memberikan pelajaran tambahan seusai sekolah. Boleh saja guru meminta upah sebagai ganti waktu, tapi tentu saja tidak boleh menjual soal seperti kasus di
Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni memdapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah (Soetjipto dan Raflis, 2011:24). Dengan kata lain guru tidak boleh memanfaatkan keadaan untuk keuntungan pribadi. Basuni (dalam Soetjipto dan Raflis, 2011:30) selaku ketua umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru.
Pepatah mengatakan, guru kencing berdiri murid kencing berlari. Dari kasus diatas dikhawatirkan jika siswa kelak menjadi guru, akan meniru gurunya yang berbuat kurang terpuji tersebut. Jika seseorang memilih guru sebagai profesinya, maka seseorang harus siap mengabdi untuk mencerdaskan bangsa.
*) Elinda Putri Ariana
S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Kanjuruhan Malang
Sunday, March 13, 2016
247 Ciri Khas Guru
Ada catatan kecil terkait dengan ciri khas guru. Ciri khas guru secara sadar atau tidak dimiliki oleh tiap guru.
Beberapa ciri khas guru dikupas sedikit melebih mendalam. Apa saja ciri khas guru?
Guru Penggaris
Guru ini terhadap benda "ini" sulit dipisahkan meskipun tidak sepanjang ngajar, tidak setiap saat. Namun menjadi ciri khas bahwa penggaris merupan benda pemberi ciri.
Aneka fungsi penggaris sebagai alat tunjuk saat mengajar di papan. Sembari menerangkan benda ini dipakai untuk menunjukkan kepada peserta didik poin penjelasan.
Benda ini dipakai sebagai alat untuk menetralisir kegugupan. Meskipun guru tetapi masing sering dihinggapi gugup. Maka satu upaya menenangkan diri ialah dengan memegang penggaris. Biasanya penggaris kayu ada dalam kelas.
Jika didalam kelas tidak ada maka minta bantuan peserta didik mencarikan, meminjamkan penggaris.
Guru PR
Dua huruf ini memiliki dua sisi bagi peserta didik. PR bersisi menyenangkan ketika PR memiliki spirit menyenangkan, menantang, memghibur, dan memberikan bekal dimasa datang.
Sisi lain PR ialah menyakitkan. Karena guru ini lebih sering memberikan PR dengan berbagai label. Mulai dari latian soal, menjawab soal-soal, mengerjakan latian latian. Guru PR ini semakin senang bahkan bangga jika memberikan PR bertubi-tubi.
Guru Ember
Ciri khas guru ini sepanjang proses belajar mengajar memang membahas pokok bahasan. Hanya saat memberikan penjelasan itu membuat peserta didik tidak senang. Sebabnya guru menyisipkan berbagai cerita bahkan cerita yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan pokok bahasan. Terlebih cenderung show of, pamer, temen-temennya, saudara-saudaranya, dan barang-barang miliknya.
Guru Bel
Guru satu ini memiliki keunggulan dibanding guru lain. Satu keunggulannya ialah datang selalu ..pas bel berbunyi. Guru ini memiliki mengatur waktu dengan tepat. Dalam berbagai kegiatan sekolah bisa dipastikan datang pas... Bel berbunyi.
Salah satu akibatnya, selalu tergesa gesa dan lebih membuat situasi agak terganggu. Lebih lebih membuat heboh keadaan dan temen temen lain lebih banyak diminta untuk memahami dan memaklumi dirinya.
Hal diatas merupakan sebagian kecil dari ciri khas guru. Tiap guru memiliki ciri khas dan hal tersebut terekam dalam pikiran benak peserta didik.
Guru perlu merefleksi selama proses belajar mengajar ciri khas yang diberikan oleh peserta didik.
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
246 Sulit Dongkrak Nilai Ujian Nasional
Pesta tahunan dalam dunia pendidikan segera dimulai. Pesta tersebut melibatkan peserta didik mulai dari jenjang pendidikan tingkat sekolah dasar, sampai sekolah menengah baik pertama maupun atas. Peserta didik merupakan pelaku utama. Mengapa? Peserta didik yang akan melaksanakan pesta tersebut, yaitu Ujian Nasional.
Tulisan ini mengupas bukan sisi Ujian Nasional dengan menggunakan komputer melainkan sisi peserta didik. Apa menariknya sisi peserta didik sehingga dikupas secara khusus?
Peserta didikan memikul beban berat selama proses pra-Ujian Nasional. Mengapa memikul beban berat? Beban berat apa ? Mengapa justru pra-Ujian Nasional?
Hasil Ujian Nasional baik diakui atau tidak merupakan pertarungan gengsi bagi beberapa pihak. Siapa saja pihak tersebut? Pertama pihak sekolah. Kedua, Diknas Pendidikan baik Kota maupun Kabupaten. Ketiga pihak sekolah.
Baik pihak orang tua, bagi sebagian orang tua lulus dan nilai maksimal bagi putra putrinya adalah hal yang harus diraih. Baik alasan latar belakang pendidikan kedua orang tua, nama baik keluarga atau pun status sosial orang tua. Maka orang tua berjibaku memenuhi hal-hal terkait peraihan hasil Ujian Nasional, lulus-nilai maksimal.
Pihak Dinas Pendidikan Kota atau pun Kabupaten. Pihak ini sangat berkepentingan dengan perolehan hasil Ujian Nasional yang berada dalam teritori kerjanya baik Dinas Pendidikan Kota maupun Kabupaten. Mengapa? Bagi pihak Dinas Pendidikan hasil perolehan Ujian Nasional memiliki "nilai politis." Jika nilai rata-rata sekolah dibawah teritorinya tinggi maka promosi jabatan diwaktu mendatang. Sebaliknya, jika nilai rata-rata rendah maka siap-siap masuk dalam rombongan mutasi turun.
Bagi pihak sekolah, perolehan hasil rata-rata nilai peserta didik dalam Ujian Nasional memiliki dimensi promosi strategis. Menyadari nilai hasil Ujian Nasional sangat strategis bagi penambahan pendaftaran peserta didik baru maka pihak sekolah menjalankan beberapa program tambahan.
Uraian diatas merupakan dimensi egoisme para pihak disekitar peserta didik. Para pihak hanya melihat "demi gengsi." Tapi sadarkah pihak orangtua, pihak Dinas Pendidikan dan pihak sekolah bahwa peserta didik "memikul" super berat.
Apa dan bagaimana peserta didik "memikul" beban demi "gengsi" para pihak?
Peserta didik dituntut oleh orang tua untuk ambil les privat. Les privat dilaksanakan setelah peserta didik pulang sekolah. Bahkan jika perlu, pelaksanaan les privat hari minggu bahkan malam hari. Mengingat guru les "jam terbangnya." Dan, biasanya mata pelajaran yang di-Ujian-Nasionalkan memiliki daya tawar tinggi. Artinya berapa pun harga per jam, tidak masalah.
Peserta didik baru, wajib ikut jam pelajaran tambahan yang diselenggarakan oleh sekolah. Pelajaran tambahan dilaksanakan karena pertimbangan selain menyelesaikan pokok bahasan kelas XII sendiri, juga masih harus mengulang pokok bahasan kelas X dan XI. Jam efektif kelas XII terpotong ada libur, pelaksanaan TO, pelaksanaan simulasi, Ujian Sekolah, Ujian Praktek dan kegiatan lainnya.
Pelaksanaan pelajaran tambahan ada beberapa model. Ada pelajaran tambahan dilaksanakan pagi hari, juga ada pelajaran tambahan dilaksanakan siang hari-setelah pulang sekolah.
Pelaksanaan Ujian Nasional diakui atau tidak merupakan iklim kondusif bagi makin menjamurnya bimbingan belajar. Bimbingan belajar atau bimbel saling "bertarung" memberikan pelayanan prima bagi peserta didik. Aneka pelayanan "prima" ditawarkan oleh bimbel, mulai kelas privat sampai kelas gold. Kelas Gold memberikan jaminan 100% lulus-jika tidak uang kembali.
Diakui, bimbel memberikan pelayanan yang terbaik dibandingkan pelayanan guru di sekolah. Berbagai fasilitas diberikan, tidak seperti saat di sekolah. Interaksi guru (tentor) lebih intensif dan personal. Dan, bimbel memberikan strategi untuk mengerjakan agar mendapatkan jawaban yang tepat.
Pelaksanaan bimbingan belajar dilaksankan sepulang sekolah. Bahkan terkadang terusan sehingga peserta didik tidak sempat pulang ke rumah.
Selain bimbingan belajar, peserta didik wajib mengikuti Try Out (TO). TO ini biasanya dilaksanakan sebanyak tiga kali menjelang Ujian Nasional. Pelaksanaan nya satu kali dalam satu bulan. TO ini dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
TO juga diselenggarakan oleh pihak Perguruan Tinggi (PT). Tujuan pelaksanaan ini adalah promosi perguruan tinggi dan menjaring calon mahasiswa baru. Pelaksanaannya lebih sering di lembaga/kampus PT yang bersangkutan.
TO dalam artian lain juga dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Ujian Nasional. Guru bersangkutan melaksanakan kuis kecil, latian soal-soal. Baik melalui kumpulan soal maupun buatan guru sendiri.
Jika TO berkaitan dengan latian untuk Ujian Nasional, peserta didik wajib juga mengikuti Ujian Sekolah. Ujian Sekolah dilaknakan sebagai evaluasi mata pelajaran non-Ujian Nasional. Tentu bagi peserta didik Ujian Sekolah mempunyai kepentingan nilai yang tinggi selain Ujian Nasional.
Selain Ujian Sekolah, peserta didik masih harus mengikuti pelaksanaan Ujian Praktek, seperti komputer, ketrampilan Pendidikan Jasmani (OR). Ujian praktek merupakan penilaian pada sisi kinestetik.
Dari uraian diatas terdeskripsikan bahwa peserta didik kelas XII sebelum menghadapi Ujian Nasional berada pada kondisi "kelelahan." Baik kelelahan emosional, mental, fisik dan intelektual.
Berdasar kondisi peserta didik "kelelahan" maka sangat mungkin perolehan hasil Ujian Nasional baik untuk sekolah maupun rata-rata Kota/ Kabupaten tidak maksimal.
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Thursday, March 10, 2016
245 Idolaku Kami Bu Khoiriyah
Saat SMA saya sekolah di dalam Pesantren, tepatnya di MA Miftahul Midad Lumajang. Karena Pada saat itu saya masih tergolong siswa yang tidak pintar di kelas, jadi saya sering sekali menyusahkan teman sebangku saya. Nilai saya juga tidak begitu bagus, mungkin paling bagus seingatku hanya 8. Tapi banyak pengalaman yang bisa saya dapatkan dari sekolahan yang berdiri di bawah naungan Pesantren. Tidak hanya ilmu umum tapi juga ilmu agama saya peroleh dari situ. Di sana saya juga belajar mandiri dan bersosialisasi dengan banyak teman yang bermacam-macam karakternya. Ada yang berbasa Madura, bali, sunda dan melayu, tapi kita tetap bisa berinteraksi dengan bahasa kesatuan yaitu Bahasa Indonesia
Pada saat saya duduk di kelas tiga Aliyah, saya memiliki guru idola bernama Bu Khoiriyah, beliau sangat ramah dan sering menegur kita tidak hanya di dalam kelas saat mengajar tapi juga di luar jam mengajar. Sampai sekarang kita tetap sering silaturahmi ke Rumah beliau. Dalam mengajar beliau sangat sabar dan telaten, begitu hafal dengan nama-nama murid di kelas pada waktu itu. Pelan tapi pasti. Tidak satupun murid di kelasnya tertinggal mata pelajarannya. Ketika saya sakit, saya pernah tidak masuk sekolah dan beliau menganjurkan saya untuk ke rumah beliau untuk mengejar mata pelajaranya. Karena waktu itu saya berada dalam asrama, saya tidak bisa seenaknya keluar hingga akhirnya beliau mengijinkan saya waktu hari libur untuk ke remuh beliau ke pada Ibu nyai dan pengurus pesantren. Dari situlah awal saya menyayangi dan mengidolakan beliau. Beliau tidak hanya Guru untuk kita tapi seperti ibu yang menghawatirkan anak-anaknnya. Itulah sebabnya saya bisa memperoleh nilai 9 di ujian nasional dalam mata pelajaran beliau yaitu Ekonomi.
Pernah suatu ketika kita foto ijazah terahir, dan saat itu beliau belum keluar dari kelas lain yang berdampingan dengan kelas kita. Kita menunggu beliau mengajar sampai kita tidak kembali ke asrama hanya ingin berfoto bersama beliau. Kita Sempat putus asa karena tukang foto ingin segera pulang sedangkan bu khoiriyah masih belum selesai mengajar, dan akhirnya salah atu diantara kita nekat untuk mengetuk pintu dan meminta sedikit waktu beliau untuk berfoto bersama kami. Karena alas an untuk kenang-kenangan, akhirnya beliau mengijinkan dan berfoto bersama kami.
Banyak sekali sisi yang bisa saya ambil dari beliau, yang paling saya sukai adalah ketelatena beliau ketika saya sakit dan beliau mengajak ke rumahnya. Sempat waktu itu itu saya menolak karena pasti tidak akan diizinkan oleh pengurus pesantren, tapi demi satu siswa yang takut tidak sama dengan siswa lain di kelas, beliau mengizinkan saya sehingga saya bisa belajar tenang di rumah.
Itulah kenapa saya sangat mengidolakan beliau, karena saya sangat mencintai dan menghormati beliau. Karena di awali dari rasa cinta itulah saya sangat suka juga dengan matapelajaran yang diajarkan beliau. Sehingga nilai ujian nasional yang tertinggi milik saya adalah nilai mata pelajaran yang diajarkan oleh beliau.
*) Nur Faridah
(130401080101)
S1-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Satra Indonesia
Universitas Kanjuruhan Malang
244 Bapak Mading Itu Idolaku
Tidak bisa dipungkiri masa sekolah adalah masa dengan berjuta pengalaman. Dari mulai putih merah, putih biru sampai putih abu-abu,tentunya memiliki kesan yang berbeda-beda dan yang pasti sulit untuk dilupakan atau bahkan pengalaman tersebut tidak akan terulang dimasa yang lain. Kali ini saya tidak akan banyak menceritakan apa saja kesan yang saya dapatkan dibangku SD atau SMA, karena saya ingin sedikit berbagi kisah dimasa putih biru, dimana banyak orang mengatakan masa putih biru adalah masa pencarian jati diri, tidak sedikit pula yang mengatakan masa putih biru adalah masa dimana remaja sedang nakal-nakalnya. Mungkin karena umur yang mulai menginjak belasan tahun alias masa puber sehingga banyak orang mengatakan masa nakal-nakalnya karena diumur belasan ini lah mulai timbul rasa penasaran yang akhirnya membuat remaja ingin selalu mencoba hal baru. Saya pun membenarkan pendapat ini, dibangku SMP ini lah saya banyak menjumpai hal baru yang belum pernah saya temui dibangku SD. Hobi membaca yang sejak kecil saya tekuni kini merasa terpuaskan dengan adanya perpustakaan sekolah yang tentunya memiliki bangunan yang lebih besar dari perpustakaan sewaktu SD dulu, dan yang pasti perpustakaan ini memiliki lebih banyak ragam buku bacaan dengan jumlah yang banyak pula. Hal ini membuat saya ketagihan untuk menyambangi perpustakaan saat jam istirahat, ini membuat kartu perpustakaan saya penuh dengan catatan izin meminjam buku. Bukan hanya itu saja, disekolah ini juga saya lebih mengenal apa itu organisasi sampai pada akhirnya saya menemukan organisasi yang tepat dengan diri saya.
Menginjak kelas delapan, saya mulai memiliki mata pelajaran yang saya sukai yaitu pelajaran bahasa Indonesia. Ini berawal saat saya bertemu dengan seorang guru bernama Khaerul Tavip, beliau guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Sewaktu kelas tujuh, saya sering mengdengar cerita tentang beliau terlebih sistem pengajarannya, beliau dikenal sebagai guru yang disiplin waktu dan keaktifan dalam kelaspun menjadi nilai penting dalam proses pengajaran, beliau pun sangat rajin dalam hal memberikan tugas kepada siswanya. Dari sekelumit yang saya dengar tadi membuat kesan pertama saya dengan beliau dibumbui dengan rasa cemas dan takut karena kelas saya dikenal dengan ketidak kompakannya dan permasalah-permasalahan yang ada dalam kelas. Dan semua bayang-bayang kecemasan itu hilang seketika saat beliau mulai memberikan pelajaran dikelas saya, beliau tipe guru yang sangat menyenangkan dan sangat ramah terhadap siswanya. Yah, ini lah awal saya menggemari pelajaran bahasa Indonesia sampai saat ini dan bukan hanya itu saja, sampai sekarang beliau sosok guru yang saya idolakan serta menjadi panutan saya.
Menjadikan seseorang sebagai sosok yang diidolakan tentunya membuat setiap pengalaman bersama beliau menjadi sesuatu yang selalu mengesankan. Pun saat beliau menjadi pembina mading dan meminta saya menjadi bagian dari redaksi mading serta meminta saya untuk merekrut teman-teman agar bergabung dalam organisasi ini dan mulai menghidupkan mading sekolah yang sebelumnya telah vakum. Dengan rasa tidak percaya diri saya memberanikan untuk bergabung dengan mading, beliau meyakinkan bahwa setiap dari kita bisa menulis dan mempunyai potensi untuk menjadi penulis. Semenjak itulah mading sekolah menjadi hidup kembali serta banyak pula siswa yang mengirimkan karyanya untuk kami seleksi dan ditayangkn dimading sekolah, perjalanan ini memang tidak sesingkat yang saya ceritakan namun setiap kesulitan yang kita hadapi menjadikan pengalaman yang tidak terlupakan. Pernah suatu hari saat saya kelas sembilan beliau meninggalkan kelas karena pada saat itu keadaan kelas saya tidak kondusif, ketua kelas yang seharusnya mewakili untuk menemui beliau dan meminta maaf justru menyuruh saya dan teman sebangku saya yang sama-sama menjadi redaksi mading untuk mewakili kelas. Dengan alasan kami lebih mengenal dekat dengan pak Khaerul lalu teman sekelas mendorong saya untuk menemui beliau. Singkat cerita, beliaupun akhirnya memaafkan kesalahan kami dan bersedia untuk masuk kelas kami.
Dari awal saya mengenalnya,beliau merupakan sosok yang disiplin dalam hal waktu ini ini terbukti dengan beliau yang tidak pernah masuk terlambat tidak jarang pula beliau masuk kelas lima menit sebelum bel masuk berbunyi bisa dibayangkan bagaimana suasana kelas saat itu, sepi dan belum banyak siswa yang datang. Setiap pelajaran selesai beliau selalu mengamanatkan kami beberapa tugas yang harus dikerjakan. Kurang lebih dua tahun beliau mengajar pelajaran bahasa Indonesia dikelas saya, namun beliau telah mampu mengubah saya menjadi siswa yang lebih aktif dan berani mengekspresikan setiap pengalaman dalam sebuah tulisan. Hal ini membuat saya dan tim mading tidak mampu menahan tangis saat beliau secara pribadi menyampaikan bahwa beberapa minggu lagi beliau akan pindah tugas.
Sekitar tiga bulan lagi saya akan menghadapi UN dan beliau menyampaikan akan pindah tugas, dan ini membuat saya selalu meneteskan airmata saat bertemu beliau bahkan saat mengajarpun terkadang saya dan teman sebangku justru menangis bukan malah menyimak pelajarannya. Rasanya beliau hanya menemani proses kamj tanpa ikut melihat hasil dari proses kami belajar bersama beliau. Setiap ada pertemuan dengan organisasi beliau lebih banyak menyampaikan amanat yang harus kami jalankan terlebih untuk mading sekolah, dan kami hanya mampu menitihkan airmata. Sosok guru yang saya idolakan dengan segala kelebihan yang beliau miliki serta sistem pengajaran beliau yang berpedoman santai tapi pasti selalu menginspirasi saya jika kelak saya menjadi guru saya ingin seperti beliau.
*) Tipah Apriyani
150401080008
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Kanjuruhan
Malang
243 Kehilangan Guru Idola
Memasuki dunia SMA, saya benar-benar merasa tertarik. Bagaimana tidak, kata orang-orang masa SMA lah yang paling berkesan. Memang benar, kehudupan di SMA jauh berbeda dengan kehidupan di SMP walaun jarak SMA tempat saya bersekolah dan SMP tempat saya menimba ilmu tidaklah jauh karena berada di kota yang sama *eh gak ngaruh ding. Mulai dari gedung yang megah, lapangan yang luas, taman-taman yang tertata apik, ekstrakulikuler yang keren, hingga para siswanya yang cakep-cakep. Namun, hal yang paling menarik minat saya adalah mata pelajaran baru. Eits, jangan berfikir kalau saya ini siswa teladan yang selalu rangking satu kalau istirahat yang lain ngemil cilok tapi saya ngemil buku. Bukan, saya bukan siswa dengan tipe seperti itu. Saya hanya siswa rata-rata tapi tertarik dengan hal-hal baru. Banyak pelajaran di SMA yang tidak ada di SMP. Salah satunya adalah bahasa asing, lebih tepatnya bahasa Jerman.
Banyak alasan seorang siswa menyukai mata pelajaran tertentu. Begitupun dengan saya. Pertama, saya memang tertarik untuk mempelajari bahasa asing, mungkin karena bahasa Inggris saya dibawah rata-rata teman seusia saya. Kedua, mungkin alas an ini terdengar klise, tapi memang benar adanya. Guru. Ketertarikan siswa pada seorang guru bisa mempengaruhi ketertarikan pada mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut, walaupun kita tidak begitu menguasai mata pelajaran tersebut.
Namanya Lilis, beliau masih muda. Saya tidak tahu pasti berapa umurnya, tapi yang saya ingat ketika hari pertama dimulainya pelajaran pada awal semester, beliau tidak hadir karena beliau sedang melangsungkan pernikahan. Pada waktu itu kelas saya diajar oleh ibu Pur, guru bahasa Jerman yang mengajar di kelas 10.1 sampai 10.6 (saya kelas 10.8, red). Bu Pur itu guru tatib, jadi ya bisa dibayangkan bagaimana suasana di kelas. Minggu depannya, bu Lilis yang masuk kelas dan benar dugaan saya. Selai masih muda dan cantik, bu Lilis ini sangat enak ngajarnya. Metode pengajaranya sangat menyenangkan, jadi walaupun kami para siswa merasa kesulitan dengan mata pelajaran, tapi kami tidak takut.
Seperti yang sebelumnya saya ceritakan, saya ini siswa dengan kapasitas otak menengah kebawah terutama untuk pelajaran MIPA. Namun, jangan kaget jika saya meraih nilai tertinggi di mata pelajaran bahasa Jerman. Jadikalau biasanya saya mencontek PR teman-teman saya, lain halnya di maple bahasa Jerman, gentian saya menjadi sumber contekan (hahahaha di situ kadang saya merasa pintar). Bagaimana tidak, walaupun tidak ada PR, tapi saya selalu mengerjakan soal-soal yang ada di buku ajar. The power of theacher, karena gurunya enak saya jadi semangat belajar.
Saya bukanlah siswa popular di mata para guru, termasuk bu Lilis itu sendiri. jadi jangan heran jika bu Lilis tidak tahu nama saya. Waktu itu ulangan harian yang kedua. Bu Lilis adalah satu guru yang merenapkan ketertiban. Jadi sewaktu ulangn tempat duduk diacak, hp ditaruh di atas meja, yang pastinya tidak boleh mencontek. Saya melihat raut muka takut dari teman-teman, karena bahasa jerman termasuk maple yang sulit, sulit dlam penulisannya itu lo huruf konsonannya bisa sampai jejer empat. Namun, saya tenang-tenag saja, karena memang sudah menguasai materinya. Dan jreng jreng jreng…. Saya dapat nilai tertinggi mengalahkan para jawara kelas. Mungkin mulai saat itu bu Lilis mulai menghafal nama saya. Akhirnya guru idola saya hafal dengan saya, sesuatu rasanya.
Mungkin, salah satunya karena beliaulah saya memilih masuk program bahasa. Karena nantinya anak-anak bahasa akan banyak kegiatan lomba seperti pecan bahasa Jerman di beberapa Universitas ternama di Jawa Timur. Sewaktu saya masih duduk di kelas 10, saya pernah mengikuti lomba di Surabaya walauu hanya bermain gamelan sebagai pengiring drama yang dimainkan olah anak Bahasa. Karena jarak antara rumah dan sekolah saya sangat jauh, dan besoknya harus berangkat pagi-pagi ke Surabaya, saya dan beberapa teman lain yang juga rumahnya jauh, memilih untuk meninap di sekolah agar tidak terlambat besoknya. Malam hari sebelum keberangkatan, kami makan nasi goring dan minum es teh manis yang dibelikan oleh bu Lilis di emperan masjid sekolah. Saat itu beliau menyaimpakan ucapan terima kasih sekaligus maaf karena demi mengikuti lomba kami harus menginap di sekolah.
Memasuki kelas 11, saya berharap mengulang moment-moment saya dengan bahasa jerman dan juga dengan bu LIlis. Namun, tanpa disangka, beliau mendapatkan beasiswa S2 di UGM dan otomatis harus berhenti dari kegiatan mengajar. Dan saya mendapat guru baru yang cara mengajarnya juga enak, saya berharap banyak dari guru baru terssebut. Namun, ternyata lain lading lain belalang, seperti itulah yang saya rasakan. Saya kehilangan sosok guru idola. Walaupun guru idola saya sudah tidak mengajar saya, tapi saya tetap bersemangat belajar bahasa Jerman sampai saat ini.
Semasa SMA, bu Lilis alumni sekolah tempat saya menimba ilmu. Beliau adalah sosok siswa teladan, dan banyak disukai oleh guru-guru. Beliau juga sempat meraih nomor di provinsi saat UNAS, mendapat beasiswa ke Jerman saat menempuh pendidikan S1. Akhirnya mengajar di almamaternya dulu. Hingga mendapat beasiswa S2 di UGM.
*) Elinda Putri Ariana
150401080007
Pend. Bahasa & Sastra Indonesia 2015 D
Universitas Kanjuruhan
Malang
242 Mengungkap Model Guru Mengajar
Guruku ngajarnya koq gak enak yaa???
Itulah penilaian peserta didik terhadap guru. Banyak hal penyebab munculnya penikaian tersebut. Hal tersebut menarik untuk ditemukan penyebabnya.
Bagaimana guru mengajar dalam kelas dapat digali berdasar beberapa hal, seperti latar belakang seseorang jadi guru, tujuan menjadi guru, dan kesulitan jadi guru.
Untuk menggali data terkait tiga hal tersebut maka dilakukanlah penelitian kecil-kecilan. Penelitian dilakukan kepada mahasiswa/i yang mengambil program pendidikan. Memang belum menjadi guru tapi penting untuk menajamkan pilihan profesi guru.
Buatlah angket dengan daftar pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa latar belakang menjadi Guru?
A. Keinginan sendiri
B. Meneruskan orang tua
C. Ajakan orang lain
D. Kebutuhan pekerjaan
E. Lingkungan
2. Apa tujuan menjadi Guru?
A. Mengembangkan ilmu
B. Kebutuhan ekonomi
C. Senang terhadap dunia anak
D. Meneruskan orang tua
3. Apa tantangan menjadi Guru?
A . Kepala Sekolah
B. Kondisi siswa
C. Relasi Negatif rekan guru
D. Tuntan administrasi
E. Cepatnya perkembangan jaman
Berdasar daftar pertanyaan diatas cara mengolah sederhana ialah menggunakan tabel dibawah ini.
Hal tersebut bertujuan menemukan kondisi riil berdasarkan data bukan berdasar asumsi atau pendapat subjektif.
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Saturday, March 5, 2016
241 Keunggulan Penilaian UN 2014/2015
Keunggulan Penilaian UN 2014/2015
Ada yang menarik penilaian Ujian Nasional (UN) 2014/2015 jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dari mana dikatakan menarik? Penilaian UN 2014/2015 tidak hanya menampilkan nilai tiap mata pelajaran UN saja tetapi dilengkapi aub pokok bahasan yang diujikan.
Lebih Menarik
Artinya lebih terperinci dan tiap sub pokok bahasan ada nilai. Selain tiap mata pelajaran dibuatkan grafik batang. Maka tiap sub pokok yang diujikan memiliki perbatang.
Selain itu perbatang sub pokok bahasan dibagi dua jenis. Batang yang berwarna putih dan batangan yang diarsir. Kedua warna tersebut memiliki makna berbeda.
Jika batangan sub pokok bahasan berwana putih maka nilainya dibawah standar minimal. Sebaliknya, jika batangan sub pokok bahasan diarsir maka nilainya diatas standar minimal.
Agar lebih jelas, ambil contoh mata pelajaran Sosiologi. Mata pelajaran Sosiologi adalah mata pelajaran diberikan sejak kelas XI, XII dan XII. Selain itu Sosiologi salah satu mata Ujian Nasional.
Pokok bahasan Sosiologi kelas X adalah :
Mengenal Sosiologi
Penelitian Sosial
Interaksi Sosial
Nilai Norma Sosial
Sosialisasi dan Pembentuk Kepribadian
Perilaku Menyimpang
Pengendalian Sosial
Lalu pokok bahasan Sosiologi kelas XI ialah:
Struktur Sosial
Diferensiasi Sosial
Stratifikasi Sosial
Konflik Sosial
Kelompok Sosial
Masyarakat Multikultural
Kemudian pokok bahasan Sosiologi kelas XII meliputi:
Perubahan Sosial
Dampak Perubahan Sosial
Lembaga Sosial
Rancangan Penelitian Sosial
Penelitian Sosial
Analisis
Berdasar pokok pokok bahasan tersebut maka dibuatlah soal UN 2014/2015 sejumlah 50 nomor. Tentu soal soal tersebut mengacu pada SKL.
Dari 50 nomor soal dikerucutkan dalam beberapa sub pokok bahasan. Berdasar pokok pokok bahasan Sosilogi tingkat SMA maka penilaian UN tahun 2014/2015 dibuatlah sub pokok bahasan sebagai berikut ini:
Konsep dan Objek Sosiologi
Sosialisasi dan Nilai Norma Sosial
Penyimpangan dan Pengendalian Sosial
Struktur dan Konflik Sosial
Mobilitas Sosial
Masyarakat Majemuk
Perubahan Sosial
Lembaga Sosial
Penelitian Sosial
Jika dikelompokkan lagi sub pokok bahasan berdasar kelas maka ditemukan :
Kelas X sub pokok bahasannya yaitu
Konsep dan Objek Sosiologi
Sosialisasi dan Nilai Norma Sosial
Penyimpangan dan Pengendalian sosial
Kelas XI sub pokok bahasannya:
Struktur dan Konflik Sosial
Mobilitas Sosial
Masyarakat Majemuk
Kelas XII sub pokok bahasannya:
Perubahan Sosial
Lembaga Sosial
Penelitian Sosial
Tentu tiap sub pokok memiliki jumlah sangat variatif. Berdasar analisis soal UN 2014/2015 didapatkan jumlah soal tiap sub pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok bahasan kelas X (1-13)
Pokok bahasan kelas XI (14-27)
Pokok bahasan kelas XII (28-50)
Catatan :
Dengan menyajikan sub pokok bahasan beserta nilainya maka tiap peserta didik dan guru dapat mengetahui sub-sub pokok bahasan yang dikuasai dan yang belum dikuasai.
Maka dapat terpetakan materi materi yang perlu mendapat perhatian baik peserta didik maupun guru.
Itulah keunggulan pelaksanaan UN 2014/2015 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dengan demikian semoga metode tersebut tetap dilaksanakan ditahun tahun selanjutnya.
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Wednesday, March 2, 2016
240 Mendalami Soal Model Pilihan Ganda
Mendalami Soal Model Pikihan Ganda
Model soal pilihan ganda bisa dikelompokan menjadi beberapa tipe. Tipe uraian, tipe gambar, tipe pernyataan, tipe tabel.
Tipe uraian, berarti komponen soal memuat deskripsi atau penjelasan atau uraian terkait dengan pokok bahasan. Lalu ada soal atau pertanyaan.
Tipe gambar, berarti komponen gambar atau visual bisa skema atau jenis lainnya tersedia yang terkait dengan pokok bahasan. Kemudian pada tertera petunjuk, pernyataan yang seesuai dengan maksud gambar.
Tipe pernyataan, berarti tersedia beberapa pernyataan. Setelah itu, ada petunjuk untuk mengerjakan sesuai dengan pernyataan yang tersedia.
Tipe tabel, tipe ini memang disediakan beberapa kolom dan lajur atau model grafik, diagram atau jenia lainnya. Terisi angka angka. Lalu, tersedia pula petunjuk pengerjaan.
A. Tipe Uraian
Ketika para siswa hendak mengadakan widyawisata, terjadilah perbedaan pendapat dalam menentukan obyek. Untuk mencapai mufakat diadakan voting. Contoh penyelesaian konflik tersebut termasuk bentuk akomodasi...
A. Subjugation
B. Stalemate
C. Majority rule
D. Elimination
E. Integration
Kompetensi tipe uraian
Peserta didik mampu mengidentifikasi penjelasan/deskripsi.
Peserta didik mampu menghubungkan pokok bahasan dengan penerapan sehari hari
Peserta didik mampu menyimpulkan dengan memilih jawaban yang tepat
B. Tipe Gambar
Perhatikan dengan gambar dibawah ini
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa mereka meninggalkan rumah masung masing untuk melakukan kegiatan berdasarkan nilai sosial ....
A. Material
B. Estetika
C. Rohaniah
D. Vital
E. Hukum
Kompetensi tipe gambar
Peserta didik mampu menginterpretasi gambar sesuai dengan deskripsi
Peserta didik mampu menganalisis gambar dan pertanyaan
Peserta didik mampu menyimpulkan dengan memilih jawaban yang tepat.
C. Tipe Pernyataan
Perhatikan pernyataan berikut!
1. Dikenakan hukuman kurungan
2. Dikucilkan dari masyarakatnya
3. Gosip lisan secara luas
4. Diharuskan membayar denda berupa uang atau barang
Pernyataan tersebut yang termasuk jenis pengendalian sosial yang berlaku pada masyarakat tradisional adalah nomor...
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
Kompetensi tipe pernyataan:
Peserta didik mampu memilah pernyataan
Peserta didik mampu memilah pernyataan
Peserta didik mampu menggabungkan beberapa pernyataan yang sesuai dengan pertanyaan/perintah
D. Tipe Tabel
Perhatikanlah tabel berikut ini
Perilaku siswa beraneka macam. Ada yang taat terhadap peraturan sekolah dan ada perilaku yang melanggar norma sekolah. Berdasarkan data pelanggaran siswa kelas XII IPS 1 SMA Generasi Anak Bangsa, manakah pernyataan dibawah ini yang benar :
A. Anak kelas XII IPS 1 nakal
B. Anak perempuan paling banyak melanggar
C. Anak perempuan lebih rajin sekolah
D. Anak laki laki lebih rajin ke sekolah
E. Pihak sekolah harus beetindak tegas
Kompetensi tipe tabel
Peserta didik mampu mengidentifikasi tiap kolom dan lajur sesuai dengan tabel
Peserta didik mampu menginterpretasi tabel
Peserta didik mampu memecahkan masalah
*) Kukuh Widijatmoko M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Model soal pilihan ganda bisa dikelompokan menjadi beberapa tipe. Tipe uraian, tipe gambar, tipe pernyataan, tipe tabel.
Tipe uraian, berarti komponen soal memuat deskripsi atau penjelasan atau uraian terkait dengan pokok bahasan. Lalu ada soal atau pertanyaan.
Tipe gambar, berarti komponen gambar atau visual bisa skema atau jenis lainnya tersedia yang terkait dengan pokok bahasan. Kemudian pada tertera petunjuk, pernyataan yang seesuai dengan maksud gambar.
Tipe pernyataan, berarti tersedia beberapa pernyataan. Setelah itu, ada petunjuk untuk mengerjakan sesuai dengan pernyataan yang tersedia.
Tipe tabel, tipe ini memang disediakan beberapa kolom dan lajur atau model grafik, diagram atau jenia lainnya. Terisi angka angka. Lalu, tersedia pula petunjuk pengerjaan.
A. Tipe Uraian
Ketika para siswa hendak mengadakan widyawisata, terjadilah perbedaan pendapat dalam menentukan obyek. Untuk mencapai mufakat diadakan voting. Contoh penyelesaian konflik tersebut termasuk bentuk akomodasi...
A. Subjugation
B. Stalemate
C. Majority rule
D. Elimination
E. Integration
Kompetensi tipe uraian
Peserta didik mampu mengidentifikasi penjelasan/deskripsi.
Peserta didik mampu menghubungkan pokok bahasan dengan penerapan sehari hari
Peserta didik mampu menyimpulkan dengan memilih jawaban yang tepat
B. Tipe Gambar
Perhatikan dengan gambar dibawah ini
Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa mereka meninggalkan rumah masung masing untuk melakukan kegiatan berdasarkan nilai sosial ....
A. Material
B. Estetika
C. Rohaniah
D. Vital
E. Hukum
Kompetensi tipe gambar
Peserta didik mampu menginterpretasi gambar sesuai dengan deskripsi
Peserta didik mampu menganalisis gambar dan pertanyaan
Peserta didik mampu menyimpulkan dengan memilih jawaban yang tepat.
C. Tipe Pernyataan
Perhatikan pernyataan berikut!
1. Dikenakan hukuman kurungan
2. Dikucilkan dari masyarakatnya
3. Gosip lisan secara luas
4. Diharuskan membayar denda berupa uang atau barang
Pernyataan tersebut yang termasuk jenis pengendalian sosial yang berlaku pada masyarakat tradisional adalah nomor...
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
Kompetensi tipe pernyataan:
Peserta didik mampu memilah pernyataan
Peserta didik mampu memilah pernyataan
Peserta didik mampu menggabungkan beberapa pernyataan yang sesuai dengan pertanyaan/perintah
D. Tipe Tabel
Perhatikanlah tabel berikut ini
Perilaku siswa beraneka macam. Ada yang taat terhadap peraturan sekolah dan ada perilaku yang melanggar norma sekolah. Berdasarkan data pelanggaran siswa kelas XII IPS 1 SMA Generasi Anak Bangsa, manakah pernyataan dibawah ini yang benar :
A. Anak kelas XII IPS 1 nakal
B. Anak perempuan paling banyak melanggar
C. Anak perempuan lebih rajin sekolah
D. Anak laki laki lebih rajin ke sekolah
E. Pihak sekolah harus beetindak tegas
Kompetensi tipe tabel
Peserta didik mampu mengidentifikasi tiap kolom dan lajur sesuai dengan tabel
Peserta didik mampu menginterpretasi tabel
Peserta didik mampu memecahkan masalah
*) Kukuh Widijatmoko M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
239 Struktur Soal Model Pilihan Ganda
Struktur Soal Model Pilihan Ganda
Guru dalam membuat ulangan ada beberapa model. Ada yang uraian, menjodohkan, lengkapilah kalimat dan pilihan ganda.
Dalam membuat soal model pilihan ganda (pg) memiliki struktur. Struktur pilihan ganda terbagi dalam beberapa bagian penting.
Ada bagian uraian, bagian soal/petunjuk/instruksi dan bagian jawaban pilihan ganda. Agar lebih jelas perhatikan gambar dibawah ini ...
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
238 Sebelum Guru Memberi Label Kelas
Sebelum Guru Memberi Label Kelas
Pengantar
Sebelum menjelaskan pokok materi, guru wajib mengetahui, memahami situasi peserta didik dan kondisi kelas, maka guru perlu melakukan proses "membaca tipe belajar kelas."
Cara yang biasa dilakukan oleh guru adalah pengamatan. Guru masuk kelas lalu melakukan pengamatan terhadap peserta didik. Setelah itu, guru membuat kesimpulan bahwa kelasnya rame. Kelas isinya anak pinter. Kelas ini kelas buangan. Kelas ini..kelas unggulan.
Itu semua adalah pelabelan pada kelas berdasar pengamatan. Bagaimana jika pelabelan berdasarkan data lebih akurat. Guru dapat membuat pelabelan kelas berdasar data lebih akurat.
Agar Label Akurat
Ada cara sederhana dapat dilakukan untuk membuat pelabelan dalam bidang cara belajar peserta didik. Cara belajar ada yang audio, visual dan kinestetik.
Cara tersebut menggunakan daftar pertanyaan dan peserta didik menjawab secara jujur setiap pertanyatanyaan.
Peserta didik menyiapkan secarik ukuran secukupnya dan alat tulis. Lalu, peserta didik menjawab dengan cara memilih pilihan jawaban yang sesuai dengan kenyataan diri sendiri.
Setelah peserta didik menjawab semua pertanyaan, guru hanya perlu mengelompokkan pilihan jawaban.
Pilih satu jawaban yang sesuai dengan kondisi diri:
1. Ketika berbicara, anda :
a. berbicara dengan tempo cepat
b. berbicara dengan tempo sedang
c. berbicara dengan tempo lambat
2. Apa yang paling anda ingat ?
a. orang, lingkungan, wajah
b. perkataan, suara, makna
c. kejadian, peristiwa, emosi
3. Bagaimana cara anda menghapal ?
a. menulisnya berulang-ulang
b. mengulangi kata-kata sekeras mungkin
c. menghapalnya sambil berjalan-jalan
4. Apakah yang bisa membuat anda terganggu ?
a. benda-benda di sekitar anda
b. suara
c. gerakan
5. Ketika mengeja sebuah kata, yang anda lakukan adalah :
a. membayangkan kata itu
b. menyebutnya dengan keras
c. menuliskannya
6. Apa yang lebih anda sukai ?
a. lukisan
b. musik
c. menari/ olah raga
7. Ketika mendapat petunjuk cara passing, apa yang lebih anda sukai ?
a. diberi gambar untuk ditirukan
b. diberi tahu dengan kata-kata bagaimana cara melakukannya
c. diberi contoh untuk diperagakan secara langsung
8. Mana yang lebih sering anda katakan :
a. kelihatannya bagus
b. kedengarannya bagus
c. rasanya enak
9. Ketika membaca, apa yang anda lakukan ?
a. melihat bacaan sambil membaca dalam hati
b. membaca dengan bersuara
c. menggunakan jari untuk menunjuk bagian yang dibaca
10 Ketika ingat pasar, apa yang pertama kali muncul dalam pikiran anda ?
a. pemandangan tentang orang-orang yang berbelanja dan barang-barang yang diperjualbelikan
b. ramainya suara orang-orang di pasar
c. orang-orang yang hilir mudik dan lalu lalang di pasar
11. Ketika akan tidur, apa yang terpenting buat anda ?
a. kamar yang gelap/samar/terang
b. kamar yang tenang tidak berisik
c. tempat tidur yang nyaman
Sumber : Madden, Thomas L. 2002. F.I.R.E-U.P Your Learning.
Diambil di http://amamei66.blogspot.co.id/2009/06/tes-gaya-belajar.html (01/03/2016)
KUNCI TES GAYA BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
Hitung berapa jumlah jawaban anda yang memilih a, b, atau c :
Jika jawaban anda lebih banyak A ANDA SEORANG PEMBELAJAR VISUAL
Jika jawaban anda lebih banyak B ANDA SEORANG PEMBELAJAR AUDITORI
Jika jawaban anda lebih banyak C ANDA SEORANG PEMBELAJAR KINESTESIS
Diambil di http://amamei66.blogspot.co.id/2009/06/tes-gaya-belajar.html (01/03/2016)
IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
JIKA ANDA SEORANG PEMBELAJAR VISUAL
Gunakan sketsa, grafik, diagram dari apa yang sedang anda pelajari
Ketika membaca teks, gunakan spidol warna untuk menandai informasi penting / baru
Pejamkan mata, buat bayangan, gunakan imaginasi dari subyek yang sedang anda pelajari
JIKA ANDA SEORANG PEMBELAJAR AUDITORI
Gunakan suara keras ketika membaca, buat suara anda bervariasI untuk memperkuat ingatan
Gunakan kaset untuk merekam ceramah guru atau suara anda sendiri ketika membaca, dan anda dapat memutar kembali ketika belajar
Belajarlah bersama teman / berdiskusi, ini merupakan cara yang baik untuk memanfaatkan kekuatan auditori anda
Pada akhir pembelajaran atau diskusi kelas / kelompok, catatlah kata-kata kunci tentang materi yang dipelajari. Ini akan merangsang diskusi internal tentang apa yang terjadi selama diskusi.
JIKA ANDA SEORANG PEMBELAJAR KINESTESIS
Peragakan apa yang sedang anda pelajari
Gunakan spidol warna untuk menandai informasi penting / baru
Tandai setiap akhir paragrap yang telah anda baca dan pahami
Jika mungkin, berjalan-jalanlah sewaktu membaca atau mendengarkan
Buatlah peta belajar dari materi yang sedang anda pelajari
Diambil di http://amamei66.blogspot.co.id/2009/06/tes-gaya-belajar.html (01/03/2016)
Hasil diatas sangat bermanfaat bagi guru. Tiap kelas memiliki tipe berbeda, ada yang belajar tipe audio, ada yang visual dan ada tipe kinestetik.
Guru perlu menyesuaikan metode penyampaian pokok materi ke dalam kelas tersebut. Tetapi guru juga masih perlu melakukan pendekatan individual sesuai dengan tipe peserta didik bersangkutan.
*) Kukuh Widijatmoko, M. Pd
Dosen Universitas Kanjuruhan
Malang
Subscribe to:
Posts (Atom)