Judul buku : Peranan Keluarga Memandu Anak
Penulis/Pengarang : Dra. Kartini Kartono
Penerbit : CV. Rajawali
Tahun terbit : 1985
Buku ini menceritakan pula pengaruh keluarga amat besar pada proses perkembangan pada pengembangan potensi dan pada pembentukan pribadi anak. Komunikasi antara orang tua dengan anak,maupun pergaulan antara orang tua dengan anak, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anaknya,rasa dan penerimaan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya akan membawa dampak pada kehidupan anak di masa kini maupun di hari tuanya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri setiap anak. Namun dari sini kita diajak untuk menengok kembali hak dan status anak serta sikap kita terhadap mereka. Keluarga juga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial.
Segala sesuatu yang diperbuat anak mempengaruhi keluarganya dan sebaliknya. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku,watak,moral,dan pendidikan kepada anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Keutuhan keluarga,di samping ditinjau dari adanya ayah,ibu,dan anak,juga dapat dilihat dari sifat hubungan atau interaksi antara anggota keluarga satu sama lain. Adanya ketidak-hadiran ayah atau ibu atau keduanya di dalam suatu keluarga sangat berpengaruh pada diri anak. Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang mengalami gangguan tingkah laku adalah mereka yang berasal dari keluarga yang tidak/kurang harmonis atau dapat disebut juga “Broken Home”. Namun dijumpai pula orang tua yang terlalu berlebihan dalam memberikan perhatian kepada anak. Mereka terlampau cemas terhadap keadaan-keadaan yang dihadapi anak dan kelewat hati-hati. Memang orang tua sering keliru menerapkan kasih sayang dan menyerah pada keinginan-keinginan anak. Ternyata “cinta yang buta” itu malahan mengakibatkan anak sangat bergantung kepada orang tua dan anak kehilangan kesempatan untuk belajar serta berusaha bagi diri sendiri. Hal ini berarti menambah masalah baru bagi orang tua.
Selain itu adanya sikap otoriter sering dipertahankan oleh orang tua dengan dalih untuk menanamkan disiplin kepada anak. Sebagai akibat dari sikap otoriter ini,anak menunjukkan sikap pasif(hanya menunggu saja),dan menyerahkan segalanya kepada orang tuanya. Di samping itu pula,menurut Watson,akibat sikap otoriter sering menimbulkan pula gejala-gejala kecemasan,mudah putus asa,tidak dapat merencanakan sesuatu, juga penolakan terhadap orang-orang lain,lemah hati atau dengan kata lain mudah berprasangka.
Selain itu kalau antara ayah dan ibu terjadi pertengkaran,anak sering merasa risau dan bersalah. Anak gelisah karena merasa ikut terlibat dalam percekcokan itu.
Maka dari sini solusinya sebagai keluarga yang memiliki pengertian lingkungan hidup pertama dan utama bagi setiap anak,kita sebagai orang tua harus bisa menjaga seluruh perilaku atau sika kita baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat dan di hadapan anak pula agar kita sebagi orang tua tidak sering melakukan pertengkaran,sehingga anak tidak merasa bersalah dan risau,serta gelisah. Selain itu kita sebagai orang tua juga tidak boleh terlalu bersikap otoriter terhadap anak,karena akibat adanya perlakuan tersebut terhadap anak dapat menyebabkan anak menjadi mudah cemas,mudah putus asa dan mudah berprasangka buruk serta kurangnya suatu kedewasaan( selalu bergantung terhadap apa yang dikatakan oleh orang tua serta hanya menunggu saja(pasif)).
Pada akhirnya saya ingin mengatakan bahwa kita sebagai keluarga khususnya ayah dan ibu harus saling menjaga hubungan yang baik. Sehingga hubungan ayah,ibu,dan anak dapat terjalin dengan baik. Maka dapat tercipta hubungan yang harmonis dalam suatu keluarga.
Michael XI IIS 1/22
No comments:
Post a Comment