Sunday, October 25, 2015

#191 Keseimbangan Dalam Hidup

Oleh Yuni Meygawati
Peserta Kursus on Line Menulis

Banyak dari kita yang hidupnya berorientasi pada uang, kita menghabiskan banyak waktu untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Ditambah kebutuhan hidup semakin tinggi dari waktu ke waktu, hal tersebut menjadi pembenaran atas tindakan kita untuk bekerja sepanjang waktu. Kita merasa menjadi orang yang super bertanggungjawab apabila kita mampu memuaskan kebutuhan jasmani orang terdekat kita.

Seiring berjalannya waktu, sadar atau tanpa kita sadari, kita akan merasakan suatu titik di mana segalanya terasa hampa, kita tidak pernah puas dengan apa yang kita dapat, keluarga sebagai orang terdekat pun sering bertengkar karena masalah sepele, kita tidak pernah lagi bersilahturami dengan tetangga atau bahkan kita tidak mengenal tetangga kita, kita tidak menemukan apa arti kebahagiaan sesungguhnya. Di saat seperti itu, sebenarnya Tuhan mengetuk hati kita untuk rehat sejenak untuk lebih mengenal siapa Pencipta kita serta menikmati nikmat Tuhan yang sungguh luar biasa yaitu dengan berlibur bersama keluarga, ikut dalam kegiatan sosial maupun kerohanian di lingkungan.

 Hidup bukan hanya siapa kita di mata kita sendiri melainkan siapa kita di mata orang lain. Apa kontribusi kita bukan hanya untuk keluarga atau orang terdekat kita melainkan untuk orang di sekitar kita yang tidak kita kenal dan membutuhkan pertolongan kita? Apa yang orang lain katakan mengenai diri kita ketika di hari pemakaman kita nanti?

Agama, keluarga, kesehatan, pekerjaan dan teman merupakan aspek dalam kehidupan yang saling berkaitan satu sama lain. Apabila ada satu aspek yang tidak diperhatikan, maka akan ada ketimpangan dalam hidup. Untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan dalam hidup dibutuhkan waktu untuk proses pematangan pikiran dan mental. Usia bukanlah jaminan seseorang dikatakan dewasa baik dalam iman, pikiran serta perbuatan, namun usia merupakan faktor yang turut mempengaruhi kedewasaan seseorang.

Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman, menabrakkan tubuhnya ke kereta api, apabila kekayaan bisa membuat dia bahagia, dia tak akan melakukan hal tersebut. Michael Jackson, seorang penyanyi terkenal di USA, meminum obat tidur hingga overdosis, apabila ketenaran bisa membuat dia bahagia, dia tak akan melakukan hal tersebut. Getulio Vargas, presiden Brazil, menembak jantungnya sendiri, apabila kekuasaan bisa membuat dia bahagia, dia tak akan melakukan hal tersebut. Marilyn Monroe, artis cantik dari USA, minum obat depresi dan alkohol hingga overdosis, jika kecantikan bisa membuat dia bahagia, dia tak akan melakukan hal tersebut. Thierry Costa, seorang dokter terkenal dari Perancis, bunuh diri akibat sebuah acara di televisi, jika kesehatan bisa membuat dia bahagia, dia tak akan melakukan hal tersebut. Jadi yang bisa membuat seseorang bahagia bukanlah kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kecantikan ataupun kesehatan, yang bisa membuat seseorang bahagia ialah dirinya sendiri, bagaimana kita mampu mensyukuri apa yang ada dan berpikir positif.

Quote: Ketika kita mampu merefleksikan, menerima dan mensyukuri tentang segala hal yang telah terjadi pada diri kita di masa saat ini maupun di masa lampau, di situlah letak kebahagiaan yang sesungguhnya –Anonim

No comments:

Post a Comment