SMAK
Santa Maria, di sana aku menempuh pendidikan selama masa SMA. Dan pada tahun
ini aku duduk di kelas di bangku kelas 3 SMA. Detik-detik ini aku sedang
menunggu pengumuman kelulusan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hidupku.
Banyak di antara teman-temanku yang sudah menemukan universitas di mana mereka
akan melanjutkan kuliah nantinya. Namun, berbeda denganku, aku masih menunggu
jadwal untuk tes masuk Sekolah Tingg Akuntansi Negara (STAN), universitas milik pemerintah yang diimpikan banyak siswa.
Saringan untuk masuk universitas ini pun tidak mudah, banyak tes yang harus
dilalui.
Ada
banyak aktivitas yang aku lakukan selama beberapa tahun belakangan ini. Namun
dari banyak hal yang aku lakukan itu, basket adalah aktivitas yang paling
menarik. Bukan hanya seni men-drible
bola basket yang ditemukan di sana, melainkan juga canda tawa, kebersamaan dari
orang-orang yang entah aku kenal atau tidak, belajar bagaimana harus focus, bersabar, melihat sekeliling,
bekerja sama, selalu punya target dan kebesaran hati. Saat bermain basket,
dunia terasa hanya menjadi milik aku dan tim-ku.
Sekitar
6 tahun lalu kira-kira aku mulai tergila-gila dengan olahraga ini, tepatnya
saat aku duduk di kelas 1 SMP. Aku tentunya tidak langsung menjadi pemain hebat
saat itu. Bahkan pada hari pertama aku latihan basket, aku menggunakan celana jeans pendek. Sungguh merupakan kejadian
yang lucu saat itu karena saat itu aku memang benar-benar tidak tahu apa itu
basket. Dalam perjalanan waktu, aku menemukan banyak suka dan duka hingga
akhirnya aku dapat memainkan olahraga ini.
Teman-teman
yang belajar basket bersamaku bukanlah pemain basket yang hebat, seperti para
pemain NBA. Mereka sama seperti aku, masih belajar dari bawah. Di antara
teman-temanku waktu SMP, bisa dikatakan bahwa aku yang memiliki kegigihan yang
tinggi dalam belajar basket. Hal ini memacu teman-temanku untuk tidak mau kalah
dan bersaing secara sehat denganku. Ada salah satu coach-ku yang pernah berkata: “Di Indonesia olahraga yang paling
sering dimainkan adalah sepakbola. Namun, basket adalah salah satu olahraga
yang membutuhkan pemahaman yang dalam untuk memainkannya.” Secara tidak
langsung perkataan coach-ku ini
membuatku merasa bangga bisa bermain basket dengan baik. Suatu kebanggaan dapat
memainkan olahraga yang tidak semua orang dapat melakukannya.
Bukan
hanya belajar basket, selama 6 tahun menggeluti olahraga ini, aku juga sudah
banyak menghasilkan prestasi, mulai dari lingkup kecil sampai besar. Awalnya
tim yang kubawa hanya menang di kejuaraan dalam kota. Namun, setelah beberapa
tahun, tim-ku bisa mendapatkan juara di kawasan antar kota.
Tidak
hanya belajar basket di sekolah, aku juga mengikuti latihan basket di klub
basket. Kebetulan sekali bahwa pelatih di klub ini merupakan pelatihku juga
saat SMP dulu. Pak Frans adalah pemilik dan sekaligus pelatih kepala di klub
ASABA. Beliau mengajarkan begitu banyak hal untukku. Keberhasilanku dalam
bermain basket tak lepas dari campur tangan beliau.
Banyak
tangan pula yang membuat hidupku berkembang hingga saat ini. Tak hanya di
basket, aku juga mengikuti beragam kegiatan sosial di OSIS SMAK Santa Maria dan
kegiatan-kegiatan rohani di gereja. Memang benar bahwa ada banyak tantangan yang
harus aku lewati untuk terus naik ke “level” selanjutnya. Namun berkat tangan
Tuhan, keluarga, saudara, teman dan guru, semua yang kulewati terasa
menakjubkan. Karena itu aku sungguh berterima kasih kepada setiap orang yang
ikut campur tangan dalam setiap hal dihidupku. “Level”ku tak akan hanya
berhenti sampai di sini. Aku berharap untuk dapat terus naik ke “level” yang
lebih tinggi dalam setiap aktivitas yang aku lakukan. Harapan itu tentunya
bukan hanya untukku, melainkan juga untuk setiap orang yang ada di sekelilingku
juga. Aku berharap bahwa setiap kami dapat naik ke “level” yang lebih tinggi
dalam setiap hal baik di hidup kami.
Oleh Amanda Sandy Ardilla
No comments:
Post a Comment