Saturday, January 6, 2018

279 The Grand Design of Abstrac

Abstraksi merupakan entry-point bagi sebuah karya tulis. Salah satunya, pembaca mendapatkan deskripsi ketika hendak membaca keseluruhan karya tulis. Apakah karya tulis tersebut sesuai kebutuhan atau tidak bagi pembaca.

Bukan hal sulit membuat abstraksi. Ada enam pilar wajib dalam abstraksi. Keenam pilar tersebut ialah maksud/tujuan, alasan/latar belakang, pola/desain, metodologi, hal baru/temuan, dan simpulan.

Berikut contoh sederhana penulisan abstraksi.

Maksud/Tujuan:
 Untuk memeriksa umpan balik yang diberikan oleh ... dan ... pada kualitas keterampilan komunikasi...  dalam interaksi dengan .....

Alasan/Latar Belakang:
 komunikasi dalam interaksi antara  dan ... memiliki pengaruh besar pada ...... Untuk mendukung pengembangan komunikasi .... yang efektif dalam praktek ..., pemahaman yang baik tentang apa yang merupakan komunikasi yang efektif sangat membantu.

Pola/Desain  :
eksplorasi digunakan melibatkan wawancara individu, kelompok fokus dan catatan tertulis dari peserta dan catatan lapangan dari para peneliti untuk menyelidiki perspektif komunikasi .... dan ....

Metodologi :
Kelompok fokus dan wawancara individu diadakan antara .... dengan sampel purposive dari ... yang diamati video dari interaksi antara ... dan ... simulasi. Sampel... tersebut diminta untuk memberikan umpan balik lisan pada kualitas dan isi interaksi ini. Transkripsi verbatim yang dilakukan dari semua data yang dikumpulkan. Semua catatan tertulis dan catatan lapangan juga ditranskrip. analisis tematik data dilakukan.

Hal Baru/Temuan :
 Empat tema utama yang berhubungan dengan komunikasi ... dan ... berasal dari umpan balik ... dan ....': pendekatan kepada ... dan ... , cara terhadap ..., teknik yang digunakan untuk berinteraksi dengan ... dan aspek generik komunikasi.

Simpulan :
 Studi ini telah ditambahkan ke penelitian sebelumnya dengan menyumbangkan bukti didasarkan dari sekelompok pendidik ... dan ... pada aspek komunikasi yang relevan untuk interaksi ...dan ... yang efektif dalam .... .

Ingat, sebaiknya, abstraksi tidak lebih 250 kata. Tetapi untuk konsumsi jurnal ikutilah ketentuan dan gaya selingkung masing-masing. Grand design memiliki kesamaan.

Untuk itu pakailah kekuatan analisis lalu ikatlah dalam tulisan agar bermanfaat bagi kebaikan pembaca ketika hendak menuliskan abstraksi.
Selamat mencoba!!!

Thursday, January 4, 2018

278 About Inductive and Deductive

Apakah saya peneliti? Ya..Minimal pernah melakukan dua pendekatan penelitian. Kedua pendekatan  penelitian ialah Induksi dan Deduksi. Betulkah?

Sedikit luangkan waktu membaca uraian  berikut :

Penerapan Induksi dilaksanakan pada saat Pengumpulan hal-hal kusus dan disimpulkan dalam hal-hal umum. Induksi sering disebut empirik  atau yang tertangkap oleh panca imdra, yang diperoleh melalui penelitian. Sedangkan Deduksi diterapkan pada saat dilakukan meneliti teori para ahli dan melalui membaca buku dan memiliki, atau hal-hal umum ke khusus.

Sebagai contoh induksi.... Dalam suatu kelompok didapat perilaku-perilaku cenderung negatif/tidak sesuai nilai-norma sosial (hal-hal khusus) maka ditarik ke hal umum ialah dalam kelompok ada  fenomena penyimpangan sosial.

Sebagai contoh Deduksi ... Ketika membaca buku lalu didapati suatu teori atau pernyataan "syarat penyimpangan sosial ialah adanya perilaku tidak sesuai nilai-norma sosial, maka dicarilah bukti-bukti untuk membenarkan teori atau pernyataan tersebut.

Syarat dari Induksi adalah melakukan pengamatan lapangan untuk menfapatkan tujuan pembahasan yaitu memiliki fakta-fakta kusus. Sedangkan syarat dari Deduksi  adalah melalui membaca buku atau teori para ahli untuk membuktikan apakah benar.

Kelebihandari Induksi adalah mudah didapatkan melalui melihat, mendengar dan lain sebagainya. Sedangkan Deduksi bisa didapatkan melalui membaca buku atau teori para ahli.

Kelemahan dari Induksi adalah metode penelitian tidak terbukti tanpa penelitian atau turun lapangan. Sedangkan kelemahan Deduksi adalah metode penelitian tidak terbukti tanpa adanya membaca pendapat para ahli atau membaca buku.

Sebetulnya disadari atau tidak, Anda dan saya pernah melakukan bahkan sering melakukan Induk atau Deduksi dan keduanya.

Tokoh Induksi adalah Jhon Lock yaitu pemikiran teori empiris menolak pengetahuan apriori dan menolak seban akibatnya. Sedangkan tokoh Deduksi adalah Aristoteles yang berpendapat bahwa  semua yang bergerak atau manusia pasti akan mati.

Tokoh dari Induksi adalah Jhon Lock. Sedangkan tokoh dari Deduksi adalah Aristoteles.

Wednesday, January 3, 2018

277 Rainbow From Interaction


Sore itu, pelangi menyapa setiap orang saat melihat ke langit. Ada ketenangan, membawa kedamaian, membagikan dinamika.

Kemunculan pelangi satu sisi dilihat fenomena alam tetapi pelangi memiliki perspektif sosial. Perspektif sosial dalam pelangi menyiratkan aspek sosiohistoris.


Pelangi tinjauan Durkheim yaitu material dan non-material. Unsur material merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Masing-masing warna memiliki norma, struktur. Unsur non-material yaitu ide, pemgalaman, sosiohistoris. Dan, ada dimensi individu dan kolektif.

Ketika dimensi individu maka eksistensi individu warna nampak, tetapi ketika dimensi kolektivitas disitu unsur individu lebur dalam kolektif, pelangi.

Interaktif antara individu warna dengan warna lain terjalinlah, intersubjektif. Tersusunlah "BOLA" yaitu Bagan, Obrolan, Lokasi dan aktivitas.

Bagan yaitu struktur tiap warna. Obralan yaitu interaksi diantara individu warna. Lokasi merupakan syarat terjadinya interaksi. Aktivitas tentu lahir dari interaksi.

Makin jelas bahwa pelangi memiliki perspektif sosial dan manusia dapat belajar darinya. Lebih dari itu muncul nya pelangi setelah berawan, mendung, lalu hujan. Dan, tampaklah pelangi di langit biru.

Monday, January 1, 2018

276 Participation Beragam Anak Muda

Partisipasi Beragam Anak Muda

Tahun 2018 merupakan Tahun Politik, beberapa daerah secara serentak melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pilkada melibatkan beberapa elemen yaitu Komisi Pemilihan Umum, Pengawas, Panitia Pemungutan Suara, Pemilik Suara dan pihak kontestan Pemilu.


Arena
Dari beberapa elemen Pilkada menarik mencermati Pemilik Suara. Pemilik Suara biasa disebut konstituen, Kontituen inilah elemen bebas bagi para Konstestan Pemilu. Kontentesta Pemilu dan Tim berusaha “menampilkan” kepada konstituen agar memperoleh “kepercayaan.”
Konstituen Pemilu dibagi beberapa strata yaitu pemula dan pemilih lanjutan. Baik Pemilih Pemula maupun Pemilih Lanjutan merupakan arena (Bourdieu) bagi Konstiruen Pemilu. Merekalah penentu kontestasi Pemilu.
Ada kajian menarik dalam hal persepsi Anak Muda dan Politik. Persepsi Anak muda terhadap Politik perlu dicermati oleh Konstituen Pemilu. Tulisan “Anak Muda dan Politik” (Kompas, 12/12/2017, h. 6) menarik dikupas dalam perspektif lain.
Data Potensi
Beberapa data ditampilkan, 1) “Kata Politik,” 2) “Perasaan Mendengar Politik di Media sosial,” 3)  “Pentingnya Menggunakan Hak Pilih,” dan 4) “Menggunakan Hak Pilih atau Tidak saat Pilkada.”
Data 1 “Kata Politik” memunculkan beberapa dimensi dalam ranah tataran sosial keseharian. Yang terlintas pertama kali letika mendengar kata politik : Demokrasi (18,9); Korupsi (15,6); Kebohongan (13,8); Tidak Suka/Rumit (5,8); Keadilan (4,0); Kesejahteraan Rakyat (2,9); Pemilu/Pilkada (2,9); Persaingan (0,8).  
Data 2 “Perasaan Mendengar Politik di Media Sosial” lebih didetil diajukan pertanyaan, apa yang paling dirasakan ketka melihat/mendengar berbagai kabar tentang politik di media sosial. 1) khawatir (50,9); 2) Biasa saja (22,5); Marah (9,5); Miris dan takut (8,4); Damai dan Tenang (1,1); Lainnya (6,2); dan Tidak Tahu/Tidak Menjawab (1,4).
Data 3 “Pentingnya menggunakan Hak Pilih” melalui pertanyaan, penting atau tidak pentingkah menggunakan hak pilih dalam pilkada, menampilkan pola sebagai berikut : Kurang penting (0,4); Penting (47,6); dan Sangat Penting (52,0).
Data 4 “Menggunakan Hak Pilih atau Tidak saar Pilkada” memunculkan pertanyaan, jika pilkada dilakukan saat ini, apakah akan menggunakan hak pilih? . Pertanyaan tersebut menampilkan pola sebagai berikut: Ya, akan menggunakan (92,0); Belum Memutuskan/ masih pikir-pikir (5,1); Tidak menggunakan  (2,5); dan Tidak Peduli (0,4).
Data diperoleh dari kalangan mahasiswa usia minimal 17 Tahun, 275 responden, dilaksanakan 9-10 Desember 2017.

Karakter Pemilih Muda
Aneka data-data di atas dapat dikorelasikan dalam rumpun optimis, rumpun moderat dan rumpun pesimis.
Rumpun Optimis diperoleh berdasar korelasi Data Politik adalah Kekuasaan (35,3), Data Hak Pilih Sangat Penting (52,0), dan Data Menggunakan Hak Pilih (92,0). Korelasi optimis bahwa anak muda memiliki persepsi optimis dan positif terhadap Politik dan Pilkada.
Perlu Pendidikan Politik dalam konteks merawat persepsi dalam komunitas-komunitas pendukung.
Rumpun Moderat diperoleh berdasar korelasi Data Politik adalah Demokrasi (18,9), Data Hak Pilih Penting (47,6) dan Data Menggunakan Hak Pilih-masih mikir (5,1).
Perlu Pendidikan Politik dalam konteks mengarahkan persepsi dalam Politik dalam hal penggunaan sumber bacaan.
Rumpun Pesimis diperoleh berdasar korelasi Data Politik, Akumulasi Korupsi dan Kebohonan (15,6+13,8=29,4); Data Perasaan mendengar kabar tentang politik di media sosial (khawatir 50,9; Marah 9,5; Miris dan Takut 8,4= 68,8).
Perlu Pendidikan Politik dalam konteks lebih komprehensif mulai bacaan, komunitas dan diskusi lebih positif tentang politik.    

Aset Bangsa
Anak muda menjadi gambaran potensi politik di masa mendatang. Data menunjukkan tingginya partisipasi anak mudalam menggunakan hak pilih saat pilkada (92,0). Artinya sikap ditunjukan dalam penggunaan hak, koqnitif pesimis kebohongan dan korupsi perlu di perbaiki dan afektifnya masih sangat tinggi yaitu khawatir.
Penguatan partisipasi anak muda sebagai wujud warga Negara perlu mendapat perhatian Komisi Pemilihan Pemili, Pengawas Pemilu, Kontestan Pemiliki, Panitia Pelaksana Pemungutan Suara. Pihak lain seperti pembedayaan manusia, dan penguatan demokrasi perlu terlibat dalam penumbuhan, peningkatan partisipasi anak muda.
Persepsi, kesadaran, penentuan sikap anak muda secara otoritas perlu pihak eksternal/lingkungan terlibat aktif dalam peningkatan partisipasi. Pihak makro diluar anak muda punya tanggung jawab dan peran terhadap pencapaian penanaman, penumbuhan dan peningkatan partisipasi. Anak muda butuh penguatan positif tentang politik, penguatan dalam hal positif penting, seperti pendapat Rousseau. Hal tersebut membutuhkan interaksi asosiatif antara anak uda dengan pihak otoritas eksternal, Skinner (1904-1990), menegaskan bahwa manusia adalah produk interaksi anatar dirinya dengan lingkungannya.

Penutup
Adrian Leftwich dalam buku What is Politics? The Activity and its Study (2004), politik adalah induk dari semua aktivitas kolektif, baik public maupun privat, formal atau informal, yang terjadi di semua lapisan, kelompok dan lembaga masyarakat.
Anak muda menyimpan banyak ragam kekuatan maka gunakan untuk kebaikan masyarat.